kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,35   -6,99   -0.75%
  • EMAS1.321.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menimbang peluang saham-saham emiten batubara saat harga naik tinggi


Senin, 23 April 2018 / 08:35 WIB
Menimbang peluang saham-saham emiten batubara saat harga naik tinggi
ILUSTRASI. Kawasan penambangan batubara


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara saat ini cenderung turun. Pada penutupan perdagangan Kamis (20/4), harga batubara kontrak pengiriman Juni 2018 di ICE Futures tercatat mencapai US$ 92,80 per ton. Sebelumnya, di awal Januari, harga komoditas ini sempat mencapai US$ 97,50 per ton.

Toh, analis yakin tahun ini harga batubara tetap tinggi. Analis BNI Securities Dessy Lapagu mengatakan, pasokan batubara berkurang sejak kuartal akhir tahun lalu, sehingga harga batubara cenderung tinggi. Meski begitu, ia memperkirakan kenaikan harga batubara tahun ini tidak akan setinggi tahun lalu.

Kinerja emiten batubara pun masih bisa naik. Tahun lalu, hampir semua perusahaan tambang besar di Indonesia mencatatkan kinerja cemerlang, karena menuai berkah kenaikan harga batubara.

Tengok saja realisasi pendapatan PT Bukit Asam Tbk yang naik 38% sepanjang tahun lalu menjadi Rp 19,4 triliun. Lalu, penjualan  PT Indo Tambangraya Megah Tbk mencapai US$ 526 juta, naik 28% dari tahun sebelumnya. PT Adaro Energy Tbk juga mencetak kenaikan pendapatan 29% jadi Rp 3,25 triliun.

Prediksi Dessy, permintaan batubara regional dan domestik masih kuat, terutama dari Asia. Pembangunan power plant di kawasan ini masih gencar. Ini akan mendorong permintaan batubara.

Dessy optimistis kinerja perusahaan batubara bisa naik lagi bila bisa menjual batubara kalori tinggi yang tengah diminati. "China ingin lebih banyak impor batubara high calorie," kata Dessy.  Hal ini akan menguntungkan emiten yang memproduksi batubara berkalori tinggi.

Tapi Andy Wibowo Gunawan, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, memprediksi harga batubara di kuartal II-2018 berpotensi terkoreksi karena cuaca dingin di China mereda. Prediksi Andy, harga rata-rata batubara global US$ 87,5 per ton di kuartal dua.

Dia menilai, harga batubara akan kembali naik jadi US$ 90,5 per metrik ton di kuartal III-2018. "Kami mengantisipasi uptrend batubara berlanjut di kuartal IV-2018," tulis Andy dalam risetnya, Jumat (13/4).

Gelar efisiensi

Lalu, apa saham batubara yang menarik dikoleksi? Saat ini Dessy menjagokan PTBA dan ADRO.

PTBA menarik lantaran berencana meningkatkan target penjualan dengan ditopang ekspor batubara ke pasar premium. PTBA telah membidik penjualan batubara tahun ini meningkat jadi 25,88 juta ton. Rinciannya, 53% atau 13,74 juta ton untuk pasar domestik, serta 47% atau 12,15 juta ton untuk pasar ekspor.

Selain itu, PTBA berhasil melakukan efisiensi biaya perusahaan dengan memanfaatkan kontraktor anak usahanya. "Dengan porsi penjualan ke PLN yang cukup tinggi, setidaknya penjualan PTBA sudah lebih secure," kata Dessy, yang merekomendasikan buy PTBA dengan target harga Rp 4.050 per saham.

ADRO juga menarik karena hingga akhir 2017 sudah memenuhi aturan domestic market obligation (DMO) mencapai 20%. Dus, tidak sulit untuk mencapai kewajiban penjualan domestik sebesar 25%. "Sementara, ada emiten batubara lain yang porsi penjualan domestiknya masih di angka belasan persen, jika tidak terpenuhi bisa kena sanksi pemerintah," kata Dessy.

Pendapatan ADRO tahun ini juga berpeluang naik 32% . Hal ini didukung strategi efisiensi dan kemampuan ADRO menjual coking coal yang harganya lebih premium.

ADRO merupakan pemain baru di segmen coking coal. Di segmen ini, ADRO dikabarkan tengah bersiap ikut tender untuk mengakuisisi aset tambang batubara milik Rio Tinto.Dessy merekomendasikan buy ADRO dengan target harga Rp 2.480 per saham.

Sementara, menurut Andy, di tengah isu kewajiban DMO, saham ITMG menarik dilirik. Emiten ini terkena pengaruh paling kecil. Mayoritas batubara yang dijual ITMG memiliki kalori lebih tinggi dari ketentuan DMO, yaitu 6.000 Kcal per kilogram. Sebagian besar pembangkit listrik PLN membutuhkan batubara kelas menengah dengan perkiraan nilai kalori 5.000 Kkal per kilogram. "PLN dan ITMG bisa bekerjasama dengan menggunakan batubara dengan nilai kalori lebih rendah," kata Andy.

Di tengah harga batubara yang naik, Andy menyarankan investor agar memilih emiten batubara yang memiliki produksi batubara dengan nilai kalori yang lebih tinggi. Andy menjagokan ITMG dan menaikkan target harga saham ini dari Rp 24.100 per saham menjadi Rp 44.000 per saham dengan rekomendasi beli.

Selain itu, Andy juga merekomendasikan beli saham PTBA dengan target harga sebesar Rp 4.650 per saham. Sementara itu, Andy tetap merekomendasikan beli untuk ADRO dengan target harga Rp 2.750 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×