kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Manajer investasi belum berencana ubah strategi


Rabu, 01 November 2017 / 09:57 WIB
Manajer investasi belum berencana ubah strategi


Reporter: Danielisa Putriadita, Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) bisa berimbas negatif terhadap kinerja reksadana. Tapi, meski kurs rupiah sempat tertekan dalam, manajer investasi memandang belum perlu mengubah strategi mengelola reksadana.

Rio Ariansyah, Head of Investment Phillip Asset Management, mengatakan, perusahaannya belum mau mengubah strategi atau meracik ulang portofolio reksadana. Menurut Rio, racikan portofolio Philip Asset Management akan tetap sama dan tidak dipengaruhi oleh penguatan atau pelemahan rupiah. "Untuk saat ini, saya cuma membatasi sektor saham industri dasar dan kimia. Sementara sektor konsumer dan perbankan cukup layak dikoleksi," kata Rio, Selasa (31/10).

Menurut Rio, penguatan dan pelemahan rupiah hanya berpengaruh pada reksadana denominasi dollar AS yang berinvestasi pada saham Indonesia. Sementara, reksadana berdenominasi rupiah tidak terpengaruh nilai tukar.

Demikian juga pada reksadana pendapatan tetap. Menurut Rio harga surat berharga negara (SBN) yang terkoreksi lebih dipengaruhi aksi jual investor asing. "Tercatat dari kondisi puncak hingga sekarang, kepemilikan investor asing sudah berkurang Rp 25,79 triliun," kata Rio.

Mengenai strategi, Rio memandang obligasi negara untuk tenor pendek maupun panjang sama-sama bagus. Hanya secara teoritis dalam kondisi harga SBN yang terkoreksi lebih baik masuk ke SBN dengan tenor terpanjang dari seri benchmark yang ada, seperti seri FR0072 bertenor 20 tahun. "Karena SBN dengan tenor paling panjang dan juga seri benchmark akan naik dan meraih untung paling besar," kata Rio.

Sucorinvest Asset Management juga tetap bertahan dengan strategi yang ada. Plt CEO Sucorinvest Jemmy Paul Wawointana mengatakan, belum ada rencana untuk mengubah portofolio maupun strategi investasi reksadana.

Memang, saat rupiah melemah, reksadana beraset obligasi, pendapatan tetap dan campuran sempat tertekan. Namun, "Kami tetap melihat obligasi pemerintah lebih menarik karena likuid dan cukup volatil untuk diperdagangkan," jelas dia. Obligasi pemerintah tenor lima hingga 10 tahun jadi pilihan utama.

Reksadana pilihan

Saat ini, Direktur Pemasaran Syailendra Capital Harnugama memilih porsi cash lebih besar sambil wait and see. Ia melihat kinerja, reksadana pasar uang yang tidak bersinggungan dengan dollar AS secara langsung bakal mendaki.

Sedangkan Jemmy melihat, aset obligasi akan terkoreksi sehingga menjadi momentum yang bagus bagi investor untuk masuk ke reksadana beraset surat utang, terutama reksadana pendapatan tetap. Kelak, indeks obligasi akan kembali meningkat dan mengangkat kinerja reksadana.

Rio juga berpendapat, hingga akhir tahun 2017, reksadana berbasis obligasi negara atau korporasi lebih berpeluang membukukan return terbaik. Bahkan termasuk jika dibandingkan dengan jenis reksadana saham.

Head of Investment Research  Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyarankan investor dan pengelola dana mendiversifikasi aset untuk menekan risiko. Ia menyarankan untuk menempatkan pada 40% saham, 40% obligasi dan 20% pasar uang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×