kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lihat usia dan tujuan sebelum beli ORI


Kamis, 29 September 2016 / 15:43 WIB
Lihat usia dan tujuan sebelum beli ORI


Reporter: Mona Tobing, Tendi Mahadi | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Obligasi ritel terbaru segerang datang lagi. Terhitung mulai Kamis ini (29/9) hingga 20 Oktober 2016, pemerintah mulai menawarkan obligasi negara ritel (ORI) seri 013 dengan kupon 6,6%. Dibandingkan dengan bunga deposito bank, kupon yang ditawarkan memang selisihnya terpaut tipis. Rata-rata bunga deposito bank berkisar antara 5,5% hingga 6%.

Namun bukan berarti ORI tidak layak masuk keranjang investasi. Sebab, selisih imbal hasil yang berkisar antara 6 basis poin hingga 9 basis poin masih cukup menarik. Apalagi ada sejumlah keunggulan dari ORI013. Pertama, potensi gagal bayar sangat kecil karena dijamin pemerintah.

Kedua, kupon yang ditawarkan di atas bunga deposito. Ketiga, dengan jatuh tempo tiga tahun dan proyeksi suku bunga yang akan cenderung turun, ORI lebih menguntungkan.  Terlebih, pajak final atas bunga obligasi lebih rendah yakni sebesar 15%. Bandingkan dengan pajak atas bunga deposito yang sebesar 20%.

Maka itu, para perencana keuangan pun kompak menilai, instrumen ORI layak dilirik dan bisa menjadi alternatif investasi. Hanya saja dengan porsi yang sewajarnya dan disesuaikan dengan usia si investor.

Budi Raharjo, Direktur OneShildt Financial Planning mengatakan, porsi kebutuhan serta tujuan investasi ke depan harus menjadi pertimbangan sebelum membeli surat utang ritel ini. "Tidak semua latah membeli ORI. Bagi yang usia produktif sebaiknya tidak terlalu besar menempatkan ORI sebagai investasi," kata Budi, Rabu (28/9).

Karena karakteristik ORI yang sama seperti tabungan, maka fungsi ORI dalam keranjang investasi lebih pada kebutuhan jangka pendek. Itu sebabnya, ORI dinilai tidak cocok untuk investor yang masih dalam usia produktif. Paling pas, ORI berfungsi sebagai penyangga dari keuangan investor.

Kalaupun tetap ingin mengoleksi ORI sebaiknya lebih pada tujuan untuk menjaga uang dari terkikisnya nilai inflasi. Sebab, kupon yang ditawarkan ORI masih di atas inflasi. Sekadar catatan, inflasi tahunan hingga Agustus 2016 tercatat sebesar 2,79%.

Jika tujuannya jangka pendek, ORI bisa menjadi simpanan untuk kebutuhan hingga dua tahun mendatang. Misal, untuk kebutuhan renovasi rumah, membeli kendaraan baru, liburan hingga biaya anak masuk sekolah. Porsinya tidak lebih dari 20% dari total investasi saat ini.

Perencana keuangan dari Janus Financial, Giri Sulandar menambahkan,  dengan tenor selama tiga tahun, ORI bisa menjadi pilihan investasi jangka pendek menengah. Selain bisa mendapat pokok pembelian saat jatuh tempo, investor pun dapat mengantongi kupon bulanan.

Namun ia mengingatkan tetap ada sejumlah pertimbangan dalam berinvestasi ORI. Diantaranya adalah dengan memperhatikan tenor dari ORI013 itu sendiri.

Surat utang ini akan sangat cocok bila investor memiliki kebutuhan dana pada rentang waktu tiga tahun ke depan. Jika di atas waktu tersebut, tentu akan lebih pas berinvestasi di instrumen lain semisal saham.

Giri menambahkan, karakteristiknya yang aman, membuat ORI cocok bagi investor konservatif. "Sehingga bisa jadi alternatif selain deposito perbankan," katanya.

Meski demikian, tak ada takaran pasti untuk alokasi dana di ORI dalam portofolio investasi. Kembali lagi, itu bergantung pada karakteristik dan kapan investor akan kembali membutuhkan dananya.

Memang kalau dilihat dari sisi imbal hasil, tawaran dari ORI terlihat kurang menarik di mata investor agresif. Tapi tetap saja, investor agresif pun bisa mengoleksi ORI 013 dengan menggunakan dana darurat. "Khususnya untuk dana darurat itu bisa disimpan di ORI," imbuh Giri.

Persiapan pensiun

Budi menambahkan, bagi investor dengan usia produktif antara 25 tahun sampai 45 tahun tidak disarankan untuk membeli ORI 013 secara besar-besaran. Sebab return dari ORI013 terbilang mini padahal kebutuhan saat usia produktif terbilang besar.

Sebaiknya pada usia produktif, penempatan investasi lebih banyak di instrumen yang berbasis saham, reksadana, atau properti. Sekalipun risiko yang tinggi, namun kesempatan mendapat cuan lebih besar pada jangka panjang.

Sebab dengan kondisi ekonomi yang membaik serta iklim investasi pasar modal yang kian kondusif,  imbal hasil investasi dari produk pasar modal akan lebih tinggi ketimbang surat utang negara. Itu sebabnya, pertimbangan prediksi investasi masa depan harus menjadi acuan investor saat hendak membeli ORI013.

Sebaliknya, bagi usia menjelang pensiun, ORI bisa jadi pilihan utama. Kepastian imbal hasil akan mengamankan keuangan para pensiunan. Bagi yang memasuki masa pensiun menggeser tabungan persiapan pensiunnya ke ORI 013 juga tidak masalah. Namun tetap hitung selisih antara bunga deposito dengan ORI.

Jangan ragu juga menjadikan ORI sebagai instrumen investasi hingga 50% dari total tabungan pensiun. Toh, kupon ORI 013 lebih tinggi dari pada deposito serta dijamin oleh pemerintah. "Saran saya lima tahun menjelang pensiun perlu memiliki ORI. Porsinya sesuaikan dengan kebutuhan dan pengeluaran ke depan nanti," ujar Budi.

Sisanya dapat dialokasikan ke saham, unitlink, reksadana dan deposito bank. Makin banyak pilihan keranjang investasi maka semakin besar pula imbal hasil yang didapatkan.

Dengan nilai pembelian minimum Rp 5 juta, ORI013 cukup bersahabat di kantong para investor. Terlebih, bagi mereka yang memiliki dana menganggur untuk dua tahun ke depan tidak ada salahnya mempertimbangkan obligasi mirip tabungan ini sebagai alternatif investasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×