kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Krisis Korea memoles emiten pebisnis emas


Selasa, 15 Agustus 2017 / 12:54 WIB
Krisis Korea memoles emiten pebisnis emas


Reporter: Riska Rahman | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - Ketegangan geopolitik di Semenanjung Korea membuat kilau harga emas semakin terang. Kenaikan harga logam mulia ini berpotensi menguntungkan emiten produsen emas.

Kinerja emiten yang bergerak di pertambangan emas, seperti PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), bisa positif. Analis Trimegah Securities Sandro Sianturi mengatakan, PSAB memiliki kesempatan besar mengerek pendapatan dan laba. "Untuk setiap 1% kenaikan harga emas dunia bisa meningkatkan net income PSAB hingga 4,5%," kata dia, kemarin.

Meski begitu, Sandro masih belum bisa memprediksi peningkatan pendapatan dan laba PSAB di akhir tahun. Sebab, penguatan harga emas tidak dapat diprediksi. "Sulit memprediksi berapa lama sentimen AS-Korea Utara bisa bertahan. Kalau memang perang, harga emas terus naik dan akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan," papar Sandro.

Tak signifikan

Tapi Kepala Riset NH Korindo Raphon Prima punya pendapat berbeda. Menurut dia, berdasarkan historikal, kekhawatiran terhadap kondisi geopolitik sudah beberapa kali terjadi. Saat itu, meski harga emas naik, kinerja emiten tak banyak terdampak. "Dampak dari pergerakan harga emas saat ini tidak berpengaruh signifikan terhadap penjualan," ujar Raphon.

Meski begitu, Raphon masih merekomendasikan buy saham ANTM dengan target harga Rp 1.005 per saham. Sandro juga merekomendasikan buy saham PSAB di harga Rp 300 per saham. 

Raphon menilai, hingga akhir tahun ini, kinerja ANTM bakal lebih banyak ditopang oleh lini bisnis bijih nikel dan ferronickel. Sementara kontribusi penjualan emas pada pendapatan diperkirakan turun menjadi 50% di tahun ini. "Selain itu, kinerja bisnis emas ANTM cenderung mengalami pertumbuhan yang stagnan, mengingat kapasitas produksi emas mereka yang terbatas," tutur Raphon.

Selama ini, emas merupakan kontributor terbesar bagi penjualan ANTM. Perusahaan pelat merah ini berhasil mencatat penjualan emas sebesar Rp 1,8 triliun di semester I-2017, setara dengan 57% dari total penjualan bersih perusahaan di periode tersebut yang mencapai Rp 3,17 triliun. 

Sekadar info, per pukul 20.20 WIB kemarin, harga emas kontrak pengiriman Desember 2017 di Commodity Exchange turun 0,43% ke level US$ 1.288,40 per ons troi dibanding akhir pekan lalu. Tapi, dalam sepekan, harga emas naik 1,87%. Bahkan sejak awal tahun harga si kuning sudah melejit 10,52%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×