kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Koreksi, harga si hitam tetap tinggi


Jumat, 26 Agustus 2016 / 08:45 WIB
Koreksi, harga si hitam tetap tinggi


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

lJAKARTA. Pelemahan harga minyak dunia menyeret batubara. Namun penurunan tertahan konsumsi yang masih sulit terpangkas. Mengutip Bloomberg, Rabu (24/8) kontrak harga batubara pengiriman September 2016 di ICE Futures Exchange melemah 0,9% ke US$ 66,2 per metrik ton. Dalam sepekan, harga tergerus 3,3%.

Analis PT Central Capital Futures Wahyu Tri Wibowo menjelaskan, harga batubara masih berada di level tinggi, meski rentan koreksi. Penguatan didukung permintaan yang mulai membaik. Rencana pengurangan konsumsi batubara di sejumlah negara masih sulit diterapkan. Contohnya, Amerika Serikat (AS), yang malah mengalami peningkatan pembakaran si hitam.

Hal yang sama juga terjadi di Inggris setelah keluar dari Uni Eropa. Negeri Ratu Elizabeth ini sebenarnya berencana menutup semua pembangkit batubara dalam satu dekade ke depan. Tapi keinginan itu tertahan, lantaran harus melakukan impor gas alam dan listrik.

"Jika keamanan pasokan terancam, mungkin pembangkit listrik batubara akan terus ada setelah tahun 2025," kata Alex Horrison, penasihat pada Hogan Lovells di London, seperti dikutip Bloomberg.

Kegemilangan harga batubara mulai terlihat sejak China memangkas produksi batubaranya. Ini menyebabkan cadangan global tergerus. Pembatasan produksi batubara China menekan pasokan jangka pendek. Akhirnya, perusahaan listrik maupun perusahaan logam di Negeri Panda ini melirik pasar global.

Secara umum, Wahyu melihat batubara menjadi salah satu komoditas terpanas di tahun 2016. Permintaan dari Asia semakin kuat, dengan dukungan sektor industri di Jepang dan Korea Selatan. Tetap hati-hati Tapi patut digarisbawahi, laju batubara kini bukan berarti mengulang kejayaan di masa lalu.

Meningkatnya penggunaan energi terbarukan turut mengancam. "Jadi dalam jangka panjang, batubara tetap anak tiri yang ingin dibuang oleh kelompok pro energi terbarukan," papar Wahyu. Tapi ia masih optimistis, harga batubara hingga akhir tahun dapat mencapai US$ 75 per metrik ton.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, permasalahan lingkungan menjadi alasan yang kuat untuk menghindari penggunaan batubara. Musim panas dan badai membuat beberapa negara baik Asia, Eropa maupun AS cenderung berhati- hati dalam penggunaan batubara.

Di samping produksi dan permintaan, pergerakan dollar AS juga turut mempengaruhi prospek batubara. Jika The Greenback kembali perkasa, maka harga batubara bisa kembali tertekan. "Investor harus hati-hati karena di kuartal IV-2016 The Fed mungkin menaikan suku bunga sehingga indeks USD menguat," lanjut Ibrahim.

Prediksinya, harga batubara akhir tahun akan menguat ke US$ 70 per metrik ton. Secara teknikal, ia melihat indikator bollinger band dan MA 10% di atas bollinger bawah sehingga membuka peluang koreksi jangka pendek. Indikator MACD dan RSI 60% negatif, sementara stochastic wait and see.

Ibrahim memprediksi, pada Jumat (28/8) harga batubara melemah dan bergerak pada kisaran US$ 65,2 - US$ 66,6 per metrik ton. Sementara Wahyu memperkirakan, harga batubara ada di antara US$ 60 - US$ 70 per metrik ton dalam sepekan ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×