kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kontraksi saham BUMN konstruksi


Kamis, 14 Desember 2017 / 08:04 WIB
Kontraksi saham BUMN konstruksi


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan terhadap saham konstruksi BUMN belakangan ini turut menyusutkan nilai portofolio investor. Tak terkecuali milik para petinggi perusahaan yang mengoleksi saham tersebut.

Direktur Utama PT Waskita Karya Tbk (WSKT) M. Choliq terbilang aktif mengumpulkan saham WSKT. Sebelum 6 Desember 2017, kepemilikannya mencapai 30,87 juta saham. Pada awal Desember, harga saham WSKT Rp 2.110 per saham. Maka portofolio saham WSKT milik Choliq setara dengan Rp 65,13 miliar.

Pada 6 Desember, Choliq membeli 600.000 saham WSKT. Sehingga, kepemilikan Choliq di WSKT berubah jadi 31,47 juta saham dari 30,87 juta saham. Sejak awal Desember hingga Rabu (13/12), harga WSKT turun 8% ke level Rp 1.940. Akibatnya, nilai portofolio Choliq ikut menyusut.

Dengan asumsi harga penutupan Rabu dan kepemilikan Choliq setelah transaksi 6 Desember, nilai portofolio saham WSKT milik Choliq susut 6% menjadi Rp 61,04 miliar.

Direktur Keuangan WSKT Tunggul Rajagukguk juga rajin membeli WSKT. Sebelum 5 Desember, kepemilikannya 2,54 juta saham. Dengan asumsi harga saham di awal Desember, maka nilai portofolio Tunggul Rp 5,35 miliar.

Pada 5 Desember, Tunggul membeli 100.000 saham WSKT. Sehingga, kepemilikannya berubah jadi 2,64 juta saham. Namun, akibat penurunan harga saham, nilai portofolionya kini turun 4% menjadi Rp 5,11 miliar.

Tunggul menilai, ada sejumlah investor ragu dengan rencana dan program BUMN konstruksi, sehingga menekan WSKT. "Tapi saya yakin program yang sedang kami lakukan akan terus meningkatkan kinerja dan sustainability WSKT ke depan," kata dia kepada KONTAN, Rabu (13/12).

Tekanan pada saham konstruksi BUMN tidak hanya terjadi pada WSKT. Meski pada perdagangan Rabu kembali rebound, tekanan masih terasa setidaknya sejak awal Desember ini. Di periode tersebut, saham PT PP Tbk (PTPP) misalnya. Saham ini turun 3% ke level Rp 2.490. Saham Wijaya Karya (WIKA) turun 17% ke level Rp 1.505. Sedangkan Adhi Karya (ADHI) telah merosot 10% menjadi Rp 1.750 per saham.

Seorang broker dari salah satu sekuritas besar, menyatakan, belakangan ini pihaknya banyak menjual saham konstruksi. Sebab, menurut dia, pergerakan saham konstruksi sedari dulu dipengaruhi pemberitaan. "Kalau beritanya bagus, harus berani masuk, kalau kurang bagus, kami harus berani buang dulu, ada yang sell, ada yang hanya reduce posisi," jelas di sumber.

Sumber itu menambahkan, sejatinya pasar melihat fundamental konstruksi BUMN tak mengkhawatirkan. Namun, sentimen kesehatan keuangan dan potensi mulai terbatasnya kinerja tahun depan tidak bisa dikesampingkan.

Kalangan analis menilai, sumber pendanaan memang menjadi isu krusial emiten BUMN konstruksi. Sumber dana emiten BUMN konstruksi mulai terbatas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×