kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Konglomerasi bisnis tambang dan bank makin jaya


Minggu, 06 Agustus 2017 / 17:42 WIB
Konglomerasi bisnis tambang dan bank makin jaya


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Sebagian emiten konglomerasi telah merilis hasil kinerja keuangannya untuk paruh waktu 2017. Mayoritas kinerja tersebut tumbuh positif.

Namun, hanya konglomerasi yang memiliki segmen bisnis perbankan dan pertambangan terutama sektor batubara yang mampu mencetak kinerja paling ciamik.

PT Astra International Tbk (ASII) misalnya. Baik pendapatan dan laba bersihnya masih mampu tumbuh double digit. Padahal, bukan hal yang mudah untuk mencetak pertumbuhan double digit dalam skala bisnis yang sudah sebesar Astra Group.

Terimakasih pada kinerja segmen bisnis jasa keuangan ASII melalui PT Bank Permata Tbk (BNLI) dan segmen alat berat dan pertambangan yang dikeruk PT United Tractor Tbk (UNTR).

Segmen bisnis jasa keuangan mencatat laba bersih sebesar Rp 2,03 triliun. Torehan itu naik 62% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 1,25 triliun. Lalu, Laba bersih segmen alat berat dan pertambangan sebesar Rp 2,06 triliun, naik 83% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Dari Grup Djarum, ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang laba bersihnya juga mampu tumbuh double digit. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang menjadi ikon Grup Bakrie juga mampu mencetak laba fantastis dari sebelumnya merugi.

"Selama semester I, bank dan batubara memang paling hot," ujar David Sutyanto, analis First Asia Capital kepada KONTAN, Minggu (6/8).

Meski masih tergolong masih fluktuatif, harga komoditas batubara sudah jauh lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini juga tercermin pada harga batubara acuan (HBA) Kementerian ESDM selama semester I 2017 yang rata-rata diatas US$ 80 per ton. HBA per Juni memang turun jadi US$ 75,46 per ton dari sebelumnya US$ 83,82 per tin pada Mei. Tapi, jika dibandingkan secara year on year (yoy), HBA per Juni itu masih lebih tinggi 46% dibandig HBA per Juni 2016.

David menambahkan, sektor perbankan sejatinya belum sepenuhnya spesial. Sentimen melambatnya kredit masih membayangi.

"Tapi, margin mereka tampak naik karena suku bunga simpanan turun tapi suku bunga pinjaman masih tinggi," jelas David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×