kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kiat mencari saham murah, tapi tak murahan


Minggu, 18 Juni 2017 / 19:49 WIB
Kiat mencari saham murah, tapi tak murahan


Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Seorang investor di pasar modal biasanya bakal menampatkan dananya untuk membeli saham-saham yang memiliki nilai valuasi rendah dan berkinerja bagus. Hal ini tentunya untuk memaksimalkan keuntungan yang bakal diraihnya.

Di tengah kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bullish, gampang-gampang susah mencari saham yang murah tapi tidak murahan, sebab banyak saham yang sudah naik signifikan. Sehingga perlu perhatian khusus para investor untuk memperhatikan price earning ratio (PER) dan price book value (PBV).

Analis OSO Sekuritas, Riska Afriani menyebut, paling mudah menentukan sebuah saham murah atau tidak dengan melihat PER dan PBV. "Dengan melihat apakah PBV-nya di bawah 1x atau tidak, dan juga harus membandingkan dengan sub sektor yang sama dengan saham tersebut," paparnya, Minggu (18/6).

Menurut Riska, PBV di bawah satu kali mengindikasikan harganya masih lebih murah, karena perhitungan book value dimaksudkan untuk menilai kekayaan perusahaan setelah utang dilunasi. Dengan itu, PBV yang di bawah satu artinya, kelipatan harganya belum terlalu tinggi terhadap nilai suatu perusahaan.

Namun, ia mengingatkan, tidak serta merta setiap saham yang memiliki PBV di bawah 1x berarti saham murah. Investor juga harus memperhatikan kinerja dari perusahaan tersebut bagus atau tidak, itu bisa dilihat dalam kinerja keuangannya selama lima tahun ke belakang.

Apalagi di Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat ada 189 perusahaan yang memiliki PBV di bawah 1x. Dan jumlah itu tidak semuanya memiliki kinerja baik. "Dari 189 perusahaan tersebut ada yang memang dikarenakan rugi, atau saham tersebut tidak likuid," katanya.

Sedangkan, analis NH Korindo Sekuritas Bima menyarankan, investor selain melihat kinerja dan rasio-rasio valuasi, sebaiknya juga harus melihat prospek dari perusahaan tersebut apakah bisa bertahan selama lima tahun ke depan atau tidak. Hal ini tentunya untuk memaksimalkan potensi kenaikan saham.

"Semakin bagus prospek emiten tersebut maka semakin tinggi juga estimasi laba ke depan. Dengan begitu, rasio valuasi seperti PER akan berpotensi mengecil sehingga membuat undervalue," ujar Bima.

Bima mencatat ada beberapa emiten yang memiliki kriteria-kriteria saham undervalue dan layak untuk dibeli sahamnya. Diantaranya BEST dengan PER saat ini 7,6x dan PBV 0,90x. Ia merekomendasikan buy dengan target harga Rp 450. Lalu, BNLI dengan PBV 0,6x dan PER 10,62x direkomendasikan buy dengan target harga Rp 990.

Sementara, Riska mencatat saham-saham undervalue yang layak untuk dibeli yaitu LPCK, SOCI, MDLN, PNLF, BBKP, ERAA, BTPN, BNLI, ANTM, BNGA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×