kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan harga komoditas mengerek biaya emiten


Minggu, 24 September 2017 / 19:49 WIB
Kenaikan harga komoditas mengerek biaya emiten


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - Kenaikan harga komoditas tambang semestinya disambut baik oleh emiten dalam sektor tersebut. Apalagi untuk produk nikel yang pada September ini sempat menyentuh level tertinggi sejak Juni 2015. Namun seiring naiknya harga, maka beban operasional juga dapat mendaki.

"Saat harga komoditas naik, biaya eksplorasi makin tinggi dan emiten harus mengeluarkan biaya lain-lain," jelas Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada saat dihubungi KONTAN, Jumat (22/9).

Dengan demkian, Reza menjelaskan bahwa pasar harus mencermati kemampuan emiten menutup biaya-biaya produksi lain yang bakal timbul. Sebagai informasi, harga nikel kontrak tiga bulan London Metal Exchange sempat menyentuh level tertinggi di US$ 12.250 per metrik ton pada awal September ini alias level tertinggi sejak Juni 2015.

Menurut Reza, pasar harus mengantisipasi pergerakan harga nikel dengan melihat sentimen dari global. Terutama dari China yang memiliki nilai permintaan besar dalam sektor pertambangan.

Data yang dapat diperhatikan pasar adalah PMI manufaktur Caixin China yang bila konsisten menunjukkan peningkatan dapat berdampak baik pada emiten nikel dan tambang pada umumnya. Pasar memprediksi akan terjadi pelambatan tipis menjadi 51,5 dari realisasi pada awal bulan September di 51,6. "Kalau permintaan nikel masih bergulir, maka harga akan terus meningkat dan saham-saham tambang akan mengalami kenaikan," jelas Reza.

Emiten tambang nikel memang tidak banyak, Reza merekomendasikan pasar untuk memperhatikan kinerja PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) karena kinerja sahamnya yang menarik. Berbeda dengan PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) yang menurutnya kinerja sahamnya masih kurang likuid.

Ketiga emiten tersebut mendapatkan rekomendasi hold karena perkembangan harga komoditas bakal mengikuti pangsa global. Volatilitas terutama dari prospek kenaikan suku bunga The Fed dan perkembangan industri manufaktur dan pembangunan China.

Reza menyarankan hold untuk INCO dengan target harga di Rp 2.800 per saham, hold untuk ANTM di Rp 735, dan hold DKFT dengan target Rp 481.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×