kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kebijakan Filipina mengerek harga nikel


Sabtu, 18 Februari 2017 / 08:22 WIB
Kebijakan Filipina mengerek harga nikel


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Harga nikel melesat setelah pemerintah Filipina membatalkan 28 izin pertambangan. Ini berpotensi mengurangi pasokan nikel di pasar global. Harga nikel dalam tren positif baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Kamis (16/2), harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menguat 1,3% ke US$ 11.070 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Angka tersebut merupakan level harga tertinggi sejak 12 Desember 2016. Sepekan terakhir, harga nikel melambung 7,7%.

Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, ancaman berkurangnya produksi nikel menjadi sentimen utama yang mendorong kenaikan harga komoditas ini. Pekan ini, pemerintah Filipina memerintahkan pembatalan 75 kontrak produksi mineral, termasuk bijih nikel. Sebelumnya, pemerintah juga telah menutup 28 dari total 41 tambang di negara tersebut.

Di sisi lain, Indonesia telah melonggarkan peraturan ekspor bijih nikel. Tetapi dampaknya belum signifikan untuk menutup kekurangan pasokan dari Filipina. Berkurangnya pasokan bijih nikel membuat produksi nikel China turut tergerus. "Pemerintah China sampai saat ini terus mengurangi produksi nikel hingga hampir 50% dari kapasitas sebelumnya," kata Ibrahim.

China ingin memastikan bahwa kenaikan harga di bursa bukan karena spekulasi, tetapi murni lantaran adanya permasalahan pasokan. Jika upaya penutupan tambang Filipina terus berlangsung, maka Ibrahim memperkirakan harga nikel bisa menyentuh US$ 13.000 per metrik ton di akhir kuartal pertama. Sepekan ke depan, Ibrahim memprediksi harga nikel akan menguat dan bergerak di kisaran US$ 10.750-US$ 11.300 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×