kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor agresif, saatnya masuk secara bertahap


Senin, 12 Februari 2018 / 21:33 WIB
Investor agresif, saatnya masuk secara bertahap
ILUSTRASI. Ilustrasi portofolio


Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah manajer investasi memberikan saran kepada investor dengan berbagai tipe profil risiko terkait pengelolaan portofolio investasi di tengah gejolak yang melanda pasar keuangan dalam negeri.

Menurut Reita Farianti, Direktur Utama BNI Asset Management, dengan volatilitas pasar finansial yang cukup tinggi belakangan ini, investor bertipe agresif bisa menyiasatinya dengan menambah alokasi investasinya secara bertahap agar mendapatkan imbal hasil yang lebih optimal.

Namun, sebelum menambah alokasinya, investor dianjurkan terlebih dahulu mengganti saham-saham yang kinerjanya sudah tidak baik lagi. “Investor juga perlu melihat lagi fundamental perusahaan yang ada di portofolionya,” imbuh Soni Wibowo, Direktur Bahana TCW Investment Management, Senin (12/2).

Sementara bagi investor bertipe moderat, peluang berinvestasi pada obligasi korporasi bisa dijadikan pilihan. Hal ini mengingat obligasi korporasi cenderung lebih tahan terhadap sentimen eksternal ketimbang obligasi pemerintah. “Investor tetap harus mempertimbangkan obligasi korporasi dengan rating yang baik,” ujar Reita, Senin (12/2).

Sedangkan menurut Soni, investor moderat tetap dapat menambah alokasi investasinya di instrumen berbasis obligasi sekalipun pasar tengah terkoreksi. Namun, tingkat likuiditas dari tiap seri obligasi perlu mendapat perhatian lebih dari investor tersebut.

Untuk investor konservatif yang cenderung bermain di instrumen investasi berisiko rendah, Head of Intermediary Business Schroders Investment Management Indonesia, Teddy Oetomo menyarankan tidak perlu mengubah strategi pengelolaan portofolionya. Sebab, instrumen berbasis pasar uang yang notabene digemari investor konservatif tidak terlalu terpengaruh oleh masalah yang terjadi di pasar saham atau obligasi.

Ia melanjutkan, walaupun investor konservatif ingin menambah porsi instrumen dengan risiko yang lebih tinggi, sebaiknya investor tersebut menunggu terlebih dahulu hingga gejolak di pasar mereda.

Menurut Hanif Mantiq, Direktur Utama Avrist Asset Management, investor konservatif bisa menambah kepemilikan obligasi bertenor pendek ketika kondisi pasar sedang terkoreksi. Sebab, obligasi tersebut relatif lebih aman dari sentimen yang terjadi di pasar.

Di luar itu, Hanif memandang bahwa koreksi yang terjadi di pasar saham dan obligasi dapat membuka kesempatan bagi investor untuk berinvestasi pada komoditas, seperti emas, untuk sementara waktu. Hal ini mengingat sifat emas yang merupakan aset lindung nilai di tengah jatuhnya pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×