kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inilah prospek saham LQ45 dengan DER tinggi


Kamis, 26 Oktober 2017 / 13:51 WIB
Inilah prospek saham LQ45 dengan DER tinggi


Reporter: Chindy Puri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat memiliki debt of equity ratio (DER) di atas 100%. Menurut konsensus analis DER sebaiknya berada di bawah 100% atau 1 kali. Sebab, semakin rendah DER menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban akan semakin baik.

Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu (25/10), PT Eterindo Wahanatama Tbk (ETWA) memiliki DER tertinggi yakni 38,08 kali. PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) mencatat DER 26,53 kali dan PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) 23,26 kali.

Dari jajaran saham LQ45 terdapat lima saham dengan DER di atas satu kali, di luar emiten perbankan. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) mencapai DER 1,76 kali dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) memiliki DER 1,32 kali.

Tiga di antara saham LQ45 berasal dari emiten pelat merah. Di antaranya PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dengan DER 1,68 kali, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) 1,61 kali, dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) 1,36 kali.

Analis Binaartha Pratama Sekuritas Nafan Aji menilai, saham LQ45 tersebut masih bisa dicermati. Ia mengatakan hal yang paling penting bagi pelaku pasar adalah mencermati kinerja dan prospek emiten ke depannya. Faktor lain dilihat secara teknikal untuk pergerakan harga dan tren.

Rata-rata saham LQ45 direkomendasikan beli oleh Binaartha. Pasalnya, fundamental emiten tersebut masih positif. "Jika fundamentalnya positif, seyogyanya pembagian dividennya juga harus lebih baik," tutur Nafan.

Nafan melihat prospek SRIL dapat muncul sebagai kompetitor besar dari Indonesia sebab Indonesia adalah salah satu produsen tekstil yang kompetitif, tertama dari sisi biaya produksi. Upah buruh masih terhitung lebih rendah dibanding negara pesaing Vietnam, China dan Thailand. Selain itu, potensi ekspor terlihat cerah dengan keluarnya Amerika Serikat dari perjanjian Trans Pacific Partnership (TPP) pada awal 2017.

Perlu diketahui, SRIL merupakan satu-satunya emiten yang menyuplai seragam tentara untuk berbagai negara dan memiliki hubungan ekspor yang cukup sehat dengan sejumlah negara. Pendapatan dari eskpor Asia mendominasi sebesar 53% dan diikuti oleh Eropa 19%. Sedangkan porsi penjualan ke Amerika Serikat (AS) dan Amerika Selatan sebanyak 18%.

"Pada daily chart SRIL terlihat pola bullish harami candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi stimulus beli dengan target harga Rp 496," kata Nafan.

Prospek SSMS juga terbilang baik. Emiten ini akan mengakuisisi perkebunan yang ada di sekitar areal perkebunan dan pabrik untuk meningkatkan produksi dan menjaga kualitas pengelolaan CPO.

Lokasi perkebunan dan pabrik yang berdekatan satu sama lain membuat pengangkutan lebih efisien. SSMS juga menargetkan area tanam naik menjadi 150.000 hektare (ha) pada 2018 dan meningkatkan kapasitas pabrik sampai 600 ton per jam.

"Produksi CPO SSMS pada 2017 dan 2018 masing-masing diprediksikan akan tumbuh 18,2% dan 21,7% menjadi 384.000 ton dan 447.200 ton. Sedangkan volume penjualan CPO masing-masing naik 3,7% dan 21,7% menjadi 303.400 ton dan 411.400 ton," tutur Nafan.

Nafan bilang, secara teknikal pada weekly chart SSMS terlihat pola bullish harami candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi stimulus beli dengan target harga secara bertahap di level Rp 1.600 dan Rp 1.730.

JSMR tengah menggarap proyek tol dalam rangka meningkatkan konektivitas. Mengikuti visi dan misi pemerintah dalam rangka mengembangkan infrastruktur secara masif dan berkesinambungan. PBV JSMR masih 2,42 kali dengan PER 22 kali.

"Masih prospektif kalau menurut saya kedepannya," imbuh Nafan. Dia merekomendasikan beli JSMR dengan dengan target level Rp 6.350.

Begitupun dengan prospek WSKT yang mencatat lonjakan laba bersih hingga 136% dari Rp 1,08 triliun menjadi Rp 2,57 triliun. “Wajar saja karena iklim investasi yang masih kondusif, apalagi pemerintah mengembangkan berbagai proyek infrastruktur dalam skala masif,” bilang Nafan.

Ia merekomendasikan beli WSKT dengan target di level Rp 2.560.

ADHI berhasil meraih kontrak baru senilai Rp 30 triliun hingga September 2017. Dana tersebut digunakan dalam rangka pengerjaan proyek jalan, jembatan dan LRT, proyek gedung, serta proyek infrastruktur lainnya. Nafan bilang secara teknikal pada daily chart terlihat uptrend. Dia merekomendasikan beli dengan target Rp 2.470.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×