kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini jeroan jawara reksadana saham 2014


Kamis, 29 Januari 2015 / 07:33 WIB
Ini jeroan jawara reksadana saham 2014
ILUSTRASI. Bagi para penderita asam lambung, ada sejumlah kebiasaan buruk yang tak boleh lagi dilakukan.


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Sofyan Hidayat

JAKARTA. Tahun 2014, Dana Pratama Ekuitas tercatat sebagai produk reksadana saham yang memberi imbal hasil atau return tahunan tertinggi, yakni 47,7%. Kinerja reksadana ini jauh melampaui kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada kurun waktu sama, yang hanya sebesar 22,29%.

Presiden Direktur Pratama Capital Assets Management Iwan Margana mengurai strateginya pada KONTAN. Menurutnya, secara umum strategi pemilihan aset dasar saham Dana Pratama Ekuitas menggunakan strategi bottom up.

Strategi ini mendahulukan riset per emiten, selanjutnya membedah sektor saham dan terakhir menganalisis kondisi makro ekonomi. "Sehingga kami meneliti saham-saham yang belum diteliti oleh kebanyakan riset. Dari situ, kita dapat saham-saham yang potensi capital gain-nya lebih tinggi dibanding yang lain," ungkap Iwan.

Adapun, waktu yang dipilih dalam mengambil saham berdasarkan prinsip trading in cycle (trading berdasarkan siklus kinerja emiten). Iwan menjelaskan, Dana Pratama Ekuitas akan mengoleksi saham yang kinerja emitennya memiliki kecenderungan tengah menanjak.

Selanjutnya, saham tersebut akan dilepas jika ada kecenderungan kinerjanya mulai menurun. Iwan mengibaratkan siklus kinerja emiten seperti lingkaran. "Sebelum dia sampai ke titik puncak atas, kita beli. Lalu, kita menjual saat siklusnya kembali ke bawah. Itulah trading in cycle," jelas Iwan.

Produk reksadana ini diluncurkan pada 12 Februari 2004. Kala itu, Dana Pratama Ekuitas masih berada di bawah kelolaan PT Platinum Assets Management (lihat boks). Sejak diterbitkan hingga kini, Dana Pratama Ekuitas konsisten mengoleksi aset dasar mayoritas berupa saham-saham bluechip yang berkapitalisasi besar.

Iwan menjabarkan, porsi saham jenis ini sekitar 60% dari total dana kelolaan. Selanjutnya, sekitar 30% merupakan saham-saham second liner dan sisanya 10% dana kelolaan ditempatkan di efek pasar uang.

Sejak diterbitkan hingga 27 Januari 2015, produk reksadana saham ini telah memberi return sekitar 825,24% dengan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) sebesar Rp 9.252,39. "Tidak seperti tahun 2014 yang memberi return hingga 47%. Tahun ini, kami melihat paling tidak di atas 30% bisa tercapai," ujarnya.

Mengutip fund fact sheet Dana Pratama Ekuitas per Desember 2014, total dana kelolaan produk ini mencapai Rp 151,89 miliar. Iwan tidak memasang target khusus pencapaian dana kelolaan  reksadana saham ini di tahun 2015.

Bagi investor yang berminat, minimum investasi awal dan selanjutnya pada produk ini sebesar Rp 5 juta. Reksadana ini mengutip biaya pembelian dan penjualan  masing-masing maksimum sebesar 1%, biaya bank kustodian 0,25% per tahun dan biaya manajemen sebesar 2,5% per tahun.

Analis PT Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan, strategi bottom up mempunyai kelebihan karena bisa mengoleksi saham-saham yang belum dilirik orang lain. "Dengan strategi ini, bisa mendapat ‘emas terpendam’ karena ada saham yang fundamentalnya bagus dan belum dikoleksi orang-orang," kata Edbert.

Namun, di sisi lain, strategi tersebut juga memiliki risiko tersendiri. Menurut Edbert, harga saham sering kali tidak mencerminkan fundamental si emiten. Jika saham tidak dilirik investor lain, bukan tidak mungkin pergerakan harga sahamnya justru stagnan sehingga menghambat kinerja pertumbuhan NAB/UP Dana Pratama Ekuitas. "Tapi saya yakin, Pratama Capital Assets Management tetap menggunakan strategi ini karena sudah terbukti berhasil di 2014 kemarin," ujar Edbert.

Ia menambahkan, strategi bottom up masih cukup relevan dilakukan di tahun 2015. Dengan catatan, manajer investasi benar-benar melakukan pemilihan saham melalui riset yang mendalam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×