kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini investasi menarik pasca Brexit


Sabtu, 25 Juni 2016 / 18:41 WIB
 Ini investasi menarik pasca Brexit


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Hasil poling menunjukkan mayoritas warga Inggris ingin keluar dari Uni Eropa (Brexit), yakni sebesar 51,9%. Sisanya 48,1% memilih bertahan dalam Uni Eropa. Instrumen investasi apa yang layak dikoleksi saat ini?

Direktur Riset Bahana TCW Soni Wibowo berpendapat, efek surat utang alias obligasi berdenominasi rupiah merupakan instrumen yang paling tepat bagi investor saat ini. Baik Surat Berharga Negara (SBN), obligasi negara ritel, hingga obligasi korporasi.

Katalis positif akan bersumber dari aliran dana tax amnesty yang diikuti oleh konversi dollar Amerika Serikat (AS) ke rupiah.
Tingginya permintaan rupiah akan mengangkat performa mata uang Garuda sehingga berdampak positif bagi aset kelas rupiah lainnya.

"Kenapa obligasi, karena kebanyakan uang tax amnesty mirip obligasi yang serupa dengan tabungan dalam konteks fixed investment return," paparnya.

Soni meramal, mulanya para pelaku pasar akan berburu SBN. Namun, penurunan imbal hasil (yield) yang tajam akan memicu investor untuk mengalihkan dananya pada obligasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta obligasi korporasi lainnya.

Investment Director PT Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana menjelaskan, dalam jangka pendek, pasar akan sedikit volatil sehingga mengerek risiko investasi. 

Oleh karena itu, instrumen pasar uang dan obligasi dapat dilirik investor. Jenis surat utang yang lebih atraktif yakni obligasi korporasi dan obligasi negara ritel. Sebab, kedua instrumen ini bertenor lebih pendek.

"Emas juga menarik apabila situasi tidak stabil. Dollar cukup menarik selama ada ketidakpastian," terangnya.

Setelah pelaku pasar mampu menganalisa dampak Brexit terhadap pasar, barulah investor dapat kembali memarkirkan dananya pada instrumen investasi yang lebih berisiko, semisal saham.

Genggam uang tunai

Menurut Perencana Keuangan Eko Endarto, pelaku pasar belum mengetahui sampai sejauh apa pengaruh Brexit. 

Jika dampak keputusan Brexit tinggi, maka sebaiknya investor menggenggam uang tunai atau emas sehingga lebih aman. Maklum, arah perekonomian belum terang benderang.

Apabila investor sudah terlanjur memarkirkan dana di efek saham, Eko menyarankan agar pelaku pasar menargetkan sampai level berapa koreksi tersebut dapat ditoleransi. 

"Misalnya dipatok turun 10%. Kalau turun lebih dari segitu baru keluar," jelasnya.

Apabila investor ingin tetap menempatkan asetnya di saham, Eko mengimbau investor agar memilih saham dengan mayoritas transaksi ke dalam negeri. Sebab, efek Brexit disinyalir akan berdampak lebih banyak ke luar negeri, semisal Eropa, AS hingga China.

Investor juga boleh mengakumulasi dollar AS untuk tujuan jangka pendek. "Misalnya untuk liburan waktu dekat. Tapi investor jangka panjang misalnya lima tahun sampai enam tahun tidak disarankan beli dollar AS," terangnya.

Head of Operation and Business Development Panin Asset Management (PAM) Rudiyanto sepakat, pasca Brexit, pasar modal memang bakal berfluktuasi. Namun, volatilitasnya bersifat sementara.

Dalam jangka menengah, Brexit akan memengaruhi rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS alias The Fed yang saat ini di level 0,25% - 0,5%. 

"Kemungkinan suku bunga The Fed naik akan semakin kecil. Untuk jangka panjang, tingkat pertumbuhan ekonomi global bisa lebih rendah," imbuhnya.

Kendati demikian, Rudiyanto menyarankan investor untuk memanfaatkan momentum koreksi dengan mengakumulasi saham. Efek saham yang dipilih bukan sembarangan. 

"Kalau fundamental bagus, harga turun terlalu dalam, semua bisa jadi pilihan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×