Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak berdaya mengekor bursa regional di tengah penantian investor atas pidato Janet Yellen. Mengacu data RTI, Jumat (26/8), indeks berakhir terkoreksi 0,28% atau 15.285 poin ke level 5.438,831.
Ada 194 saham bergerak turun, 102 saham bergerak naik, dan 89 saham stagnan. Menutup pekan ini, volume perdagangan 7,16 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 5,35 triliun.
Tujuh indeks sektoral menekan IHSG ke zona merah. Sektor agrikultur memimpin penurunan 0,91%.
Sementara, tiga indeks sektoral yang menghijau antara lain; industri dasar naik 1,24%, manufaktur naik 0,10%, dan barang konsumsi naik 0,01%.
Meski memerah, asing masih membukukan aksi beli meski relatif kecil. Di pasar reguler, net buy asing Rp 58,978 miliar dan Rp 74,795 miliar keseluruhan perdagangan.
Saham-saham yang masuk top losers LQ45 antara lain: PT PP (persero) Tbk (PTPP) turun 4,75%, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) turun 3,65% ke Rp 1.850, dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) turun 3,18% ke Rp 3.040.
Saham-saham yang masuk top gainers LQ45 antara lain: PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) naik 2,89% ke Rp 18.700, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) naik 1,56% ke Rp 9.775, dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) naik 1,09% ke Rp 46.400.
"IHSG melemah terganjal oleh sentimen dari bursa saham di kawasan Asia yang cenderung negatif," kata Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere seperti yang dilansir Antara.
Jelang pidato Yellen
Sementara itu, bursa saham Asia akhir pekan ini memerah menjelang pidato Gubernur Federal Reserve Janet Yellen yang mungkin akan menjelaskan prospek suku bunga Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, indeks MSCI Asia Pacific turun 0,5% pukul 07:12 waktu London, menuju penurunan mingguan 0,6%. Indeks Topix Jepang turun 1,3% di tengah volume perdagangan sekitar 20% di bawah rata-rata.
Indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite Index menguat , sementara benchmark menurun di Australia dan Korea Selatan .
"Anda tidak bisa mengambil risiko menjelang peristiwa penting seperti pidato Yellen," kata Takashi Ito, analis Nomura Securities Co.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
