kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga turun tajam, saham telekomunikasi masih prospektif


Senin, 19 Februari 2018 / 18:01 WIB
Harga turun tajam, saham telekomunikasi masih prospektif
ILUSTRASI. Indosat


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten subsektor telekomunikasi rata-rata turun dalam periode enam bulan terakhir. Mengutip RTI, saham PT Indosat Tbk (ISAT) turun paling tajam yakni sebesar 15,04%. Pada perdagangan Senin (19/2), saham ISAT ditutup di harga Rp 5.650 per saham.

Tak jauh berbeda, saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) dalam enam bulan terakhir melorot 14,91% di level Rp 2.910 per saham. Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) juga sudah turun 14,01% ke posisi Rp 4.050 per saham.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Giovanni Dustin menilai, turunnya harga saham telekomunikasi berkaitan dengan iklim persaingan bisnis yang ketat. Semua operator  ingin mempertahankan pangsa pasar masing-masing, terutama jelang berakhirnya registrasi SIM prabayar akhir bulan ini. Dus, diskon dan promosi gencar dilakukan.

Namun, menurutnya, respons investor terhadap isu ini agak berlebihan. Pasalnya, walaupun banyak diskon dan promo, trafik data yang terus naik bisa mengkompensasi penurunan harga data.

Meski demikian, kata Giovanni, tantangan soal persaingan bisnis masih akan ada sepanjang tahun ini.

Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido Hutabarat menambahkan, penurunan saham-saham sektor telekomunikasi, khususnya TLKM disebabkan adanya peralihan sementara oleh investor. Kevin melihat investor cenderung melirik saham emiten-emiten yang telah melaporkan kinerja keuangan tahun 2017. Misalnya, beralih sementara ke sektor perbankan.

Namun, hal ini sepertinya tak berlaku bagi EXCL yang telah merilis laporan keuangan satu tahun penuh 2017. Kenyataannya, kinerja EXCL belum mengembiraan. Laba tahun berjalan EXCL turun tipis dari Rp Rp 376 miliar pada 2016 menjadi Rp Rp 375 miliar pada 2017.

“Penetrasi data kuota EXCL agak rendah dibandingkan TLKM. Selain itu kita juga harus lihat, pertumbuhannya seperti apa,” imbuh Kevin, Senin (19/2).

Selain itu, pergerakan investor asing  turut mempengaruhi pergerakan saham sektor telekomunkasi. “Kalau dilihat korelasi ke sentimen luar negeri, juga banyak capital outflow,” papar Kevin. Sebagai informasi, pada enam bulan terakhir, tercatat aksi jual bersih asing sebesar Rp 51,76 triliun.

Meski demikian, secara umum Kevin melihat sektor telekomunikasi masih akan menarik ke depan. Ia optimistis konsumsi kuota data akan semakin besar.

Senada, analis BNI Sekuritas Ankga Adiwirasta menuturkan bahwa trafik data kemungkinan akan semakin meningkat. Hal ini seiring diselenggarakannya pemilihan kepala daerah tahun ini dan pemilihan presiden pada 2019.

Di sektor telekomunikasi, Kevin dan Ankga sepakat memilih TLKM sebagai saham pilihan. Kevin melihat, saham TLKM berpotensi naik pada Maret-April, beriringan dengan rilis laporan keuangan. “Secara fundamental tidak ada masalah, secara teknikal memang cenderung downtrend di Februari,” ujar Kevin.

Sementara, Ankga melihat TLKM akan mendapat katalis positif dari spektrum 2,3 GHz yang dimenangkan pada Oktober 2017. Kontribusinya, menurutnya, akan terasa di 2019 nanti. “Perlu dikhawatirkan jika segmen data TLKM tidak tumbuh, atau segmen fix line (IndiHome) tidak tumbuh cepat,” imbuh Ankga.

Ankga memprediksikan, tahun ini, TLKM bisa meraup laba sebesar Rp 23,4 triliun dengan pendapatan sebesar Rp 142,4 triliun. Ia merekomendasikan beli saham TLKM di harga Rp 4.850 pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×