kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Geopolitik panas, perlu alihkan aset investasi?


Senin, 14 Agustus 2017 / 11:18 WIB
Geopolitik panas, perlu alihkan aset investasi?


Reporter: Dede Suprayitno, Elisabet Lisa Listiani Putri, Nisa Dwiresya Putri, Riska Rahman | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Perang mulut antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un menekan pasar global. Pasar finansial Indonesia pun terkena imbas.

Akhir pekan lalu, pasar modal regional terperosok cukup dalam gara-gara konflik AS-Korut. Investor panik dan melepas aset berisiko. Lalu, mereka masuk instrumen safe haven termasuk emas.

Jemmy Paul Wawointana, Direktur Investasi Sucorinvest Asset Management, menilai, investor bisa melirik emas untuk alternatif investasi di tengah kondisi geopolitik yang tidak menentu. "Kalau benar terjadi perang, biasanya harga emas naik," katanya pada KONTAN kemarin.

Dia pun menyarankan pemilik modal masuk reksadana pasar uang, obligasi korporasi, atau SUN tenor pendek. Selain karena kondisi global tidak menentu, IHSG dalam fase koreksi yang secara historikal terjadi pada AgustusOktober. "Dalam 12 bulan ke depan, lebih baik berinvestasi ke instrumen yang lebih stabil saja," imbuh Jemmy.

Rio Ariansyah, Head of Investment Phillip Asset Management, pun menyarankan investor masuk reksadana yang defensif, seperti pasar uang dan pendapatan tetap, atau obligasi serta deposito.

Cuma, meski emas ideal di saat kondisi tak pasti, bukan berarti investor menjauhi sepenuhnya pasar saham. Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido menyatakan, konflik ini hanya berefek jangka pendek. "Saya pikir tidak terlalu parah, fundamental Indonesia kuat," kata dia.

Potensi peralihan ke aset safe haven memang ada, tecermin dari menguatnya harga emas ke US$ 1.289 per ons troi. "Ada kenaikan 2,5% sepekan kemarin," ucap Kevin.

Tapi, Kevin tak mau buru-buru menilai konflik AS-Korut bisa melemahkan rupiah. Bila kondisi berlarut-larut, mungkin ada efek domino ke rupiah. "Namun, makro Indonesia cukup kuat," kata Kevin.

Toh secara historis, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto bilang, peperangan sering terjadi tapi dampak ke pasar modal terbatas.

Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman juga melihat saham masih jadi instrumen menarik. Apalagi, ketegangan antara Washington dengan Pyongyang tak melibatkan Jakarta secara langsung.

Norico hanya mengimbau investor agar berhati-hati dala, memilih saham. "Hindari saham emiten yang berbisnis dengan kedua negara seperti eksportir," saran dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×