kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Garuda bidik pendapatan non tiket naik 42% pada 2018


Selasa, 13 Februari 2018 / 18:59 WIB
Garuda bidik pendapatan non tiket naik 42% pada 2018
GarudaShop di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta


Reporter: Riska Rahman | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - TANGERANG. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) semakin gencar mengembangkan bisnis non tiket. Target pendapatan non tiket atau ancillary revenue ini ditargetkan meningkat lebih dari 40% year-on-year (yoy) pada tahun ini.

Menurut Direktur Marketing dan TI GIAA Nina Sulistyowati, pada 2018, perusahaan menargetkan pendapatan non tiket bisa naik menjadi US$ 54 juta alias tumbuh 42,11% dari pendapatan non tiket tahun 2017.

Tahun lalu, maskapai pelat merah ini mencatat kenaikan pendapatan non tiket sebesar 62% yoy. "Ancillary revenue kami naik menjadi US$ 38 juta tahun lalu," ujar Nina di Tangerang, Selasa (13/2).

Pertumbuhan yang pesat pada 2017 memacu optimisme perusahaan pada lini bisnis ini. Meski saat ini masih memberikan kontribusi sekitar 2% terhadap pendapatan GIAA, namun Nina yakin pendapatan non tiket bisa berkontribusi hingga US$ 100 juta pada 2020 nanti.

Untuk mencapai hal ini, GIAA telah menyusun sejumlah strategi. Salah satunya, merambah ke bisnis e-commerce dengan menjalin kerja sama strategis dengan JD.ID untuk mengembangkan GarudaShop. VP Loyalty & Ancillary GIAA Selfie Dewiyanti menilai, ini merupakan strategi business-to-business (B2B) yang dilakukan GIAA untuk meningkatkan pendapatan non tiket.

Di sisi lain, GIAA juga akan mengembangkan bisnis non tiket secara business-to-customer (B2C) dengan meningkatkan pendapatan dari pengelolaan bagasi. Sebab, bisnis ini berkontribusi sekitar 40% dari total pendapatan non tiket GIAA.

Pengembangan bisnis non tiket ini juga sejalan dengan upaya GIAA untuk memperoleh keuntungan pada tahun ini. Seperti diketahui, selama beberapa tahun terakhir, Garuda Indonesia terus membukukan kerugian. Pada 2018, GIAA menargetkan bisa meraih laba sebesar US$ 8 juta.

"Untuk meraihnya, kami meningkatkan ancillary revenue, dan efisiensi terkait biaya operasi dan biaya produksi," imbuh Nina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×