kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

EPS tinggi tak jadi patokan prospektif


Senin, 23 Oktober 2017 / 19:36 WIB
EPS tinggi tak jadi patokan prospektif


Reporter: Chindy Puri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - Pada kuartal empat tahun ini, terdapat 34 saham dengan pencapaian laba per saham alias earning per share (EPS) di atas 100. Namun, beberapa saham yang memiliki EPS tinggi tidak sejalan dengan total return sepanjang tahun ini.

PT Gudang Garam Tbk (GGRM) tercatat memiliki EPS terbesar di jajaran indeks LQ45 yaitu Rp 641,81 per saham, dengan total return 1,05%.

Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido menilai, saham dengan EPS tinggi terlihat menarik dengan asumsi laba bersih perusahaan tinggi. Artinya, laba perusahaan cukup menunjang dan perhitungan secara jumlah saham terbilang bagus. Meski demikian, hal itu tidak dapat dijadikan tolak ukur apalagi dengan total return yang rendah.

Menurut Kevin, indikator lain yang perlu diperhatikan adalah price earning ratio (PER) maupun volume perdagangan.

Menurut catatan Bloomberg, ada 13 saham LQ45 mencetak EPS di atas 100 termasuk GGRM. Namun, empat diantaranya memiliki total return yang rendah sepanjang tahun (ytd). Seperti, PT Matahari Department Store (LPPF) melemah 36,96% dengan EPS Rp 375,01. Lalu, PT Bukit Asam (PTBA) melemah 13,24% dengan EPS Rp 427,84.

Kemudian, total return PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) juga turun 8,63% dengan EPS Rp 126,02. Sementara, ASII menurun 1,44% dengan EPS Rp 105,47.

Kevin menilai meski total return rendah, saham tersebut masih layak untuk dikoleksi. Sebab, laba bersihnya masih terbilang positif. “Beda dengan  beberapa perusahaan yang laba bersihnya kurang memuaskan, sehingga itu membuat EPS juga tidak terlalu validasi lagi tentang perhitungan valuasi secara komparasi,” jelasnya.

Menurut Kevin, pelaku pasar sudah merespon emiten dengan EPS tinggi dan PER yang terbilang baik. Ia menganjurkan untuk mencermati saham INDF dan AALI.

INDF tercatat memiliki EPS Rp 121,43 dengan total return 6,6% dan PER 18,50 kali. Pada semester satu 2017, laba INDF mencapai Rp 2,27 triliun, naik 18% dibanding periode yang sama tahun 2016. Kevin bilang, INDF dapat diakumulasi sebab fundamental perusahaan bagus dan merajai pasar mi instan.

Sementara AALI, memiliki PER 12,51% meski pergerakan sahamnya masih di bottom. Kevin melihat AALI terganjal harga CPO yang sideways.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×