kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten kian ekspansif saat harga batubara naik


Kamis, 29 Maret 2018 / 09:53 WIB
Emiten kian ekspansif saat harga batubara naik
ILUSTRASI. Tambang Batubara PT Adaro


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten di sektor batubara tak mau ketinggalan momentum positif penguatan harga batubara. Para emiten di sektor ini pun gencar melakukan ekspansi.

PT Adaro Energy Tbk (ADRO) misalnya. Perusahaan ini akan mengakuisisi 80% saham Rio Tinto di tambang batubara Kestrel.

Akuisisi ini akan dilakukan bersama private equity asal Australia, EMR Capital. Belum jelas berapa kepemilikan masing-masing pihak nanti. Yang terang, nilai akuisisinya mencapai US$ 2,25 miliar.

Kestrel memproduksi batubara sebesar 4,25 juta ton pada 2017 lalu. Per 31 Desember 2017, tambang ini tercatat memiliki cadangan terbukti 146 juta ton serta sumber daya sebesar 241 juta ton. Sedang ADRO memiliki cadangan 1,2 miliar ton dengan sumber daya 13,5 miliar ton.

PT Harum Energy Tbk (HRUM) sebelumnya juga mengumumkan akuisisi 2,49 juta saham PT Bumi Karunia Pertiwi (BKP) yang dimiliki induknya, PT Anugrah Karya Raya. Anugrah adalah anak usaha PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dengan kepemilikan 96,75%. Nilai akuisisinya Rp 31,49 miliar.

BKP merupakan perusahaan pertambangan batubara berkalori tinggi yang berlokasi di Kalimantan Tengah. Tapi, tambang tersebut tidak beroperasi saat ini.

Lain ADRO, lain pula PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Perusahaan ini memilih ekspansi secara organik dengan mengandalkan kapasitasnya saat ini. "Cadangan yang kami miliki bisa mencapai 20 tahun bahkan tanpa melakukan eksplorasi," ujar Dileep Srivastava, Direktur BUMI.

Tahun ini, BUMI menargetkan produksi batubara 92 juta ton, naik sekitar 10% dibanding realisasi tahun lalu, yakni 84 juta ton. BUMI memiliki cadangan 14 miliar ton. Sekitar 2,4 miliar ton merupakan cadangan terbukti.

Efek harga

Ramainya akuisisi yang dilakukan perusahaan penambang batubara merupakan efek kenaikan harga batubara, yang sempat berada pada level terendah beberapa tahun lalu. Kondisi tersebut sempat membuat likuiditas sejumlah perusahaan menjadi agak tersendat.

Kondisi tadi masih dialami sebagian perusahaan hingga saat ini. "Mereka tidak punya cukup dana ekspansi saat harga sedang bagus," ujar Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee pada Kontan.co.id, Rabu (28/3). Alhasil , mereka memilih untuk menjual konsesinya.

Analis RHB Sekuritas Hariyanto Wijaya menilai, akuisisi yang ADRO lakukan merupakan langkah strategis. Berdasarkan perhitungan dia, nilai akuisisi US$ 2,25 miliar itu mengimplikasikan fair value batubara Kestrel senilai US$ 19 per ton.

Sekarang, harga batubara global ada di kisaran US$ 89 per ton. "Ekspansi tersebut merupakan tonggak penting untuk ADRO," ujar Hariyanto dalam riset 28 Maret.

Valuasi ADRO memang relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan beberapa emiten lainnya. Price earning ratio (PER) ADRO sekitar 9,8 kali.

Sedangkan PER saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Indika Energy Tbk (INDY) jauh lebih murah, masing-masing 7,5 kali dan 4 kali. Namun, PER ADRO diperkirakan terus menurun jadi 9,2 kali tahun ini dan 8,4 kali pada 2019.

Hariyanto merekomendasikan beli ADRO dengan target harga Rp 2.800 per saham. Rekomendasi ini belum memasukan faktor akuisisi, karena belum detil kepemilikan antara ADRO dan EMR. Kemarin, saham ADRO stagnan di Rp 2.040 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×