kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten besar belum agresif serap belanja modal


Senin, 09 Oktober 2017 / 20:50 WIB
Emiten besar belum agresif serap belanja modal


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten kelas kakap di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penyerapan belanja modal alias capex masih di bawah 50% pada semester I 2017. Sebut saja, PT Astra International Tbk (ASII), PT Unilever Indonesia (UNVR), dan PT United Tractors Tbk (UNTR).

Head of Investor Relation ASII Tira Ardianti bilang, tahun ini, perusahaan menganggarkan capex sebesar Rp 21 triliun. Adapun hingga saat ini, ASII baru menggunakan sekitar Rp 8 triliun belanja modal. Jika dihitung, jumlah ini masih sekitar 38% dari anggaran awal.

Tak jauh berbeda, anak usaha grup Astra, yakni UNTR juga baru menggunakan 40% dari belanja modal. UNTR menganggarkan capex sebesar US$ 560 juta untuk tahun ini. Per Juni 2017, UNTR menyerap capex sebanyak US$ 224 juta atau setara Rp 3,03 triliun (kurs Rp 13.531,06 per dollar AS).

Sebagian besar digunakan untuk penggantian alat berat di kontraktor penambangan,” tutur Sekretaris Perusahaan UNTR Sara K. Loebis, Senin (9/10).

Sementara itu, di sektor konsumsi ada UNVR yang menggunakan 48,35% capex per Juni 2017. “Sebagian besar digunakan untuk penambahan kapasitas, juga spill over dari pembangunan kantor,” kata Direktur UNVR Sancoyo Antarikso, Senin (9/10).

Sancoyo bilang, per Juni 2017 perusahaan telah menggunakan sebanyak Rp 880 miliar dari total capex. Di awal tahun 2017, UNVR menganggarkan total belanja modal sebesar € 115 juta atau setara Rp 1,82 triliun (kurs 1 € = Rp 15.842,67).

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menilai, di semester pertama tahun ini emiten besar memang tak begitu agresif dalam menyerap belanja modal. Cukup masuk akal, mengingat kondisi ekonomi nasional yang banyak mempengaruhi ekspektasi pasar.

“Minat beli masyarakat relatif turun. Sementara, 50% kontribusi pertumbuhan ekonomi kita ditopang konsumsi belanja masyarakat,” tutur Alfred, Senin (9/10). Hal ini menyebabkan emiten memandang tahun 2017 bukanlah momentum yang tepat untuk agresif.

“Apalagi emiten besar kan tidak banyak yang gunakan capex untuk peningkatan kapasitas, lebih banyak maintain, itu tidak cukup agresif. Tanpa full persentase belanja modal mereka pun masih bisa mengejar target mereka 2017,” tambah Alfred.

Meski demikian, melihat optimisme pemerintah akan pertumbuhan ekonomi di tahun depan, Alfred menilai emiten juga akan berupaya mendorong pertumbuhan belanja modal tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×