kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,35   -6,99   -0.75%
  • EMAS1.321.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten berburu dana


Senin, 28 Agustus 2017 / 09:51 WIB
Emiten berburu dana


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - Keputusan Bank Indonesia (BI) menggunting suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (7-day RRR) sebesar 25 basis poin menjadi 4,5% disambut positif oleh emiten. Dengan suku bunga yang lebih rendah, emiten bisa lebih mudah mencari pendanaan murah.

"Pendanaan, terutama untuk pendanaan modal kerja, akan menjadi lebih murah," ujar Vidjongtius, Direktur Utama PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Reza Priyambada, Analis Binaartha Parama Sekuritas mengatakan, idealnya penurunan bunga acuan akan diikuti pemotongan bunga kredit bank. Sehingga, aliran pendanaan ke korporasi akan semakin besar.

Saat ini, bunga kredit korporasi berada di kisaran 11%-13%. Jika bunga kredit bisa diturunkan menjadi sekitar 9%-10%, permintaan kredit korporasi akan jauh lebih ramai. "Tapi yang jadi pertanyaan, apakah perbankan mau menurunkan ke level tersebut," ujar Reza.

Hermawan Tarjono, Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), mengatakan, pilihan pendanaan tidak semata-mata hanya mempertimbangkan suku bunga. Menurutnya, emiten juga harus mencari fleksibilitas dan memperhitungkan masa kebutuhan dana.

Namun Hermawan mengakui, pinjaman perbankan punya beberapa kelebihan ketimbang instrumen pendanaan lainnya. "Pinjaman bank memiliki proses yang relatif lebih cepat dan sederhana," ujar dia.

Biaya pendanaan

Reza menjelaskan, penjaringan dana dari pinjaman perbankan memang lebih ringkas. Misalnya untuk memperoleh pinjaman perbankan, tak perlu melakukan kewajiban paparan publik seperti jika ingin menerbitkan surat utang. Dus, ada biaya yang bisa dihemat. Sementara itu, untuk memperoleh pendanaan dari obligasi, perusahaan harus mendapatkan review peringkat (rating) secara berkala untuk menilai kemampuan bayar.

Di sisi lain, dengan suku bunga yang lebih rendah, pendanaan dari obligasi juga makin prospektif untuk emiten. Pasalnya, emiten bisa mendapatkan kupon obligasi yang lebih rendah, terutama untuk perusahaan yang memiliki peringkat utang bagus. Selain itu, kupon yang rendah akan menurunkan biaya pendanaan alias cost of fund obligasi.

Sepanjang tahun ini, minat emiten untuk menerbitkan obligasi masih cukup besar. Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang 2017 sebanyak 61 emisi dari 48 emiten. Nilainya telah mencapai Rp 97,18 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×