kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi membaik, emiten bisa tingkatkan penawaran umum


Senin, 02 April 2018 / 03:05 WIB
Ekonomi membaik, emiten bisa tingkatkan penawaran umum
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi global yang menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), bukan hanya berdampak pada kapitalisasi pasar. Nilai beberapa perusahaan menyusut. Pengaruh lainnya, beberapa emiten cenderung menahan aksi-aksi korporasi. Misalnya saja penawaran umum terbatas atau rights issue.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut, sampai dengan pekan kedua bulan Maret 2018 penawaran umum berupa rights issue cenderung menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada pekan kedua Maret 2018 tercatat sebesar Rp 1,12 triliun ini termasuk dengan initial public offering (IPO), sementara hingga pekan kedua Maret 2017 sebesar Rp 5,63 triliun.

Aditya Perdana Putra, Analis Semesta Indovest menyatakan, penurunan minat tersebut terpengaruh oleh adanya ketidakpastian pasar belakangan ini. Ada beberapa sentimen yang dinilai sebelumnya tidak diperkirakan. “Perang dagang ini kan sebelumnya tidak diprediksi pasar,” ujar Aditya kepada Kontan.co.id, Minggu (1/4).

Menurutnya, pasar telah mengantisipasi sentimen Federal Reserve yang berencana menaikan Fed Fund Rate (FFR) cukup agresif pada tahun ini. Kenaikan FFR yang agresif tersebut, memang terbilang tidak menguntungkan bagi pasar tapi sudah cukup diantisipasi. “Yang sulit diprediksi ini adalah trade war,” kata dia.

Oleh karena itu, pasar melihat timing terlebih dahulu sebelum melakukan rights issue maupun IPO. Dengan kondisi saat ini, Aditya berpendapat kurang tepat bila melakukan aksi itu. Pasalnya, aksi jual pasar masih terus terjadi, bukan hanya oleh investor asing namun juga investor domestik. “Saat ini investor lebih memilih uang cash,” imbuhnya.

Beberapa sektor di pasar modal menurun cukup dalam. Antara lain sektor barang konsumer, aneka industri, telekomunikasi, dan infrastruktur. Sementara yang masih bisa cukup bertahan dari sektor perbankan. Namun pasar juga berpotensi untuk rebound nanti bila melihat rilis kinerja kuartal I-2018.

Bila aksi rights issue maupun IPO tidak sesuai dengan target, hal tersebut bisa mempengaruhi pertumbuhan dan ekspansi bisnis. Misalnya, dengan pertimbangan kondisi ekonomi, perusahaan menahan ekspansi dengan dana hasil penawaran umum yang sudah ada di tangan.

Hal ini bisa membuat dana tersebut menjadi idle. “Menurut saya akan lebih menguntungkan dengan penerbitan obligasi, apalagi rating emiten stabil,” imbuhnya.

Selain dari kinerja emiten, hal lain yang bisa mendongkrak nilai penawaran umum yakni data pertumbuhan ekonomi makro. Selain itu, data lain seperti data consumer, survei bisnis, data industri semen dan mobil, ekspor dan impor, dan tingkat inflasi. Bila data tersebut positif, pada kuartal II berpotensi ada peningkatan. “Sentimen sektoral juga penting. Misalnya saja seperti tambang saat ini yang sedang bagus,” tambahnya.

Dia menilai, kemungkinan emiten yang banyak melakukan rights issue terdekat yakni second liner. Sedangkan untuk emiten blue chip, saat ini berfokus pada mempertahankan margin.

Namun, Aditya berharap pada semester II ada emiten blue chip yang melakukan aksi korporasi seperti rights issue. “Apalagi didukung kondisi sektoral mereka yang butuh ekspansi seperti komoditas dan minyak yang naik. Kondisi bisnis sektoral bisa menentukan rencana ekspansi,” katanya.


Dede Suprayitno

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×