kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom: Komoditas berperan lebih besar pada GDP 2018


Senin, 05 Februari 2018 / 21:20 WIB
Ekonom: Komoditas berperan lebih besar pada GDP 2018
ILUSTRASI. Harga komoditas


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Secara kumulatif, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017  sebesar 5,07%. Melihat posturnya, ekonom Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian menilai, pertumbuhan ekonomi tahun lalu lebih banyak mengandalkan pemerintah sebagai penggerak.

Hal tersebut tergambar dari investasi yang meningkat. Terakhir, data BPS juga menunjukkan bahwa capital expenditure pemerintah masih sangat dominan. “Sedikit berbeda, di 2018, akan ada surprise faktor dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Fakhrul, Senin (5/2).

Fakhrul mencatat, pada angka pertumbuhan ekonomi 2017, belum tergambar adanya efek dari peningkatan harga komoditas. Growth domestic product (GDP) pertanian di kuartal IV-2017 hanya tumbuh 2,24%. Begitu pula dengan GDP tambang yang hanya tumbuh 0,08%.

Saat ini, harga komoditas sudah cukup tinggi. Dengan begitu, Fakhrul memprediksikan peran komoditas akan semakin besar dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Meskipun, porsi belanja pemerintah dan swasta masih tetap akan ada.

Melalui penggerak tersebut, estimasi Fakhrul, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 bisa mencapai 5,3%. Hingga kuartal I-2018, menurutnya GDP masih akan bagus dan bisa menyentuh 5,2%.

“Di kuartal I-2017 lalu ada low based, di mana ada pemotongan kenaikan harga listrik. Di kuartal I-2018, seharusnya ada support dari konsumsi listriknya,” jelas Fahkrul.

Sementara itu, inflasi tahun ini diprediksikan meningkat. Namun, tetap berada di target Bank Indonesia di angka 3,9%. Adapun rata-rata inflasi tahun ini, menurut Fahrul, hanya ada di angka 3,3%. “Sejauh ini angka inflasi masih stabil dan sejalan dengan target. Dengan begitu, tak ada urgensi BI untuk menaikkan suku bunga,” paparnya.

Ia melanjutkan, tantangan pertumbuhan ekonomi adalah bagaimana pemerintah dan masyarakat bisa mempertahankan kestabilan ekonomi dan politik. Dengan demikian, potensi pertumbuhan yang sudah mulai ada tetap terjaga. Sentimen negatif berupa pengambilan pajak yang agresif juga perlu dihindari karena bisa menjadi faktor penghambat.

Dengan outlook pertumbuhan ekonomi ini, Trimegah melihat pasar saham masih akan positif di 2018. Meskipun, dalam waktu dekat mungkin ada koreksi karena isu global. Adapun sentimen global ini diprediksikan Fahrul masih akan tertahan dengan current account deficit yang kecil.

Targetnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di level 6.700. Earning per share (EPS) di tahun ini sebesar 16,6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×