kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,56   -6,79   -0.73%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Diverisifikasi saham kunci reksadana saham tematik


Rabu, 18 Oktober 2017 / 23:21 WIB
Diverisifikasi saham kunci reksadana saham tematik


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Diversifikasi menjadi salah satu kunci untuk reksadana saham. Pada reksadana tematik sektoral infrastruktur yang diusung oleh BNP Paribas Investment Partners, saham perbankan yang sedang moncer menjadi pilihan utamanya.

Produk BNP Paribas dengan nama Infrastruktur Plus telah bergulir sejak Maret 2007 ini memiliki kinerja yang menarik dengan imbal mencapai 12,53% year to date hingga 17 Oktober.

Pembeli yang tertarik dapat dapat memulai investasi dengan minimal pembelian di Rp 100.000. Namun investor harus memperhatikan juga, fund manager akan mengutip biaya Jasa Pengelolaan 2,50% per tahun, biaya jasa kustodian 0,25% atas kerja sama dengan bank kustodian Citibank. Ada pula biaya pembelian 2,00% per transkasi, biaya Penjualan kembali 1,25% per transaksi, serta biaya pengalihan 1% per transaksi.

Menurut Chief Executive Officer (CEO) BNP Paribas Investment Partner Vivian Secakusuma, kinerja sektoral konstruksi saat ini memang sedang kurang menarik. Karena itu, diversifikasi saham menjadi kunci besar yang menyebabkan kinerja produk reksadana ini terus di atas acuan.

"Tidak bijaksana kalau hanya masuk infrastruktur saja," jelas Vivian saat ditemui KONTAN.

Strategi yang diterapkan adalah, BNP Paribas terus melakukan evaluasi indikator perekonomian, terutama pada pergerakan saham dan keuangan emiten-emiten yang mereka pegang. Secara sistematis, tim mereka melakukan proses bottom up untuk melihat saham dengan kapitalisasi besar dan proses top down untuk melihat sektor yang sedang unggul.

"Karena mementingkan likuiditas, kita memilih saham kapitalisasi besar, kami lihat likuiditasnya dulu barus lihat emiten dan sektoralnya," jelas Vivian.

Proporsi aset dalam produk ini adalah 87,23% di saham dan sisanya di aset pasar uang. Lima saham pegangannya adalah Bank Central Asia Tbk PT (BBCA), Bank Mandiri Tbk (BMRI), Bank Negara Indonesia Tbk PT (BBNI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Telekomunikasi Indonesia Tbk PT (TLKM).

Total dana kelolaan yang dimiliki produk ini berada di angka Rp 3,5 triliun hingga akhir September.

Menurut Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada, melihat kinerja YTD nya, produk ini menunjukkan kemampuan Manajer Investasi dalam mengelola saham.

"Artinya MI ini sangat peka dengan kondisi saat ini, dan dia bisa tahu kapan timingnya bisa masuk dan kapan bisa keluar," jelas Reza.

Melihat jajaran sahamnya, tak heran produk ini bisa terus melaju kencang. Dengan bergerak di saham-saham big caps, bila dapat menyamai atau melebihi kinerja IHSG menjadi hal yang cukup normal.

Menurut Reza, tantangan yang bakal dihadapi produk ini adalah sifat investor saham yang kerap melakukan aksi profit taking saat IHSG sudah mendaki. Namun mengingat fundamental ekonomi bagus, dan emiten yang dipilih sangat kuat, maka momentum koreksi indeks tidak akan terlalu berpengaruh besar, baik pada pasar saham maupun produk ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×