kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cadangan menurun dan cuaca memanaskan harga gas alam


Senin, 02 Juli 2018 / 21:50 WIB
Cadangan menurun dan cuaca memanaskan harga gas alam
ILUSTRASI. Harga gas alam


Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah riuhnya perang dagang yang menyeret sejumlah harga komoditas, harga gas alam justru tampak cukup stabil. Bahkan, di akhir semester pertama tahun ini, harga komoditas energi satu ini cenderung menguat terdorong sentimen cuaca dan harga komoditas susbtitusinya, batubara, yang juga menanjak tinggi.

Mengutip Bloomberg, harga gas alam kontrak pengiriman Agustus 2018 di New York Mercantile Exchange pada Jumat (29/6) ditutup di level US$ 2,92 per mmbtu. Jika dihitung sejak awal tahun, harga gas alam naik 4,17% dari posisi US$ 2,81 per mmbtu.

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, harga gas alam sejatinya sempat terseok-seok di awal tahun. "Harga baru mulai naik mendekati akhir semester pertama ini karena adanya sentimen musim panas ekstrem," kata Ibrahim, Senin (2/7).

Meningkatnya kebutuhan gas alam terlihat dari data cadangan di Amerika Serikat (AS) yang mengalami penurunan. Pekan lalu, Energy Information Administration (EIA) merilis data cadangan gas alam yang turun dari sebelumnya sebesar 91 miliar kaki kubik menjadi tinggal 66 miliar kaki kubik.

Di China, impor gas alam juga terus meningkat. Analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto, menyebut, China mengimpor sekitar 24,9 juta metrik ton gas alam hingga Mei lalu. Permintaan China terhadap gas alam terus bertambah lantaran adanya proyek infrastruktur pipanisasi yang digarap demi mewujudkan target mengalihkan energinya menjadi 60% gas alam.

Di tengah kekisruhan tarif impor dalam perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan negara-negara besar lainnya, pergerakan harga gas alam juga tidak terpengaruh. Ibrahim berpendapat, harga gas alam masih memiliki prospek yang positif. Apalagi, jika China dan Eropa nantinya merealisasikan wacana untuk menggunakan gas alam sebagai bahan utama pembangkit listrik. "Prospek pertumbuhan ekonomi global yang masih optimistis juga menjaga tingkat permintaan gas alam dan harganya," ujar dia.

Dalam jangka pendek, Ibrahim menilai wajar kalau harga gas alam mengalami koreksi. Pasalnya, dollar AS masih berpotensi menguat seiring dengan spekulasi kenaikan suku bunga The Fed di sisa tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×