kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bursa Asia terkapar, Nikkei terpukul paling parah sebesar 4%


Jumat, 23 Maret 2018 / 12:10 WIB
Bursa Asia terkapar, Nikkei terpukul paling parah sebesar 4%
ILUSTRASI. Bursa Asia - Jepang


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap China menyebabkan guncangan besar pada market global, termasuk Asia pada Jumat (23/3). Melihat data Bloomberg, pada pukul 11.50 WIB, tak ada satu pun indeks acuan di kawasan Asia Pasifik yang berhasil ke zona hijau.

Indeks Nikkei 225 Stock Average Jepang terpukul paling parah dengan penurunan mencapai 4,14%. Penurunan kedua terdalam dialami indeks CSI 300 China sebesar 3,21%. Baru kemudian disusul indeks Hang Seng yang turun 2,81%, indeks Kospi Korea Selatan turun 2,43%, dan indeks FTSE/ST Singapura yang turun 2,06%.

Sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia turun 1,97%, indeks Taiex Taiwan turun 1,68%, dan indeks FTSE/BM KLCI Malaysia turun 0,67%. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat turun 1,73% pada penutupan sesi I.

Aksi jual di kawasan Asia menyusul langkah serupa yang terjadi di bursa AS dan Eropa setelah Presiden AS Donald Trump menandatangani memorandum yang akan mengimplementasikan tarif senilai US$ 60 miliar atas barang-barang impor dari China.

Sebagai respon, China juga membuat daftar 128 produk AS yang berpotensi sebagai target balasan atas penetapan tarif AS.

Sementara itu, mengutip CNBC, senior economist AMP Capital Diana Mousina berpendapat, fakta pengumuman Trump masih merupakan proposal dibanding aksi pada perdagangan mengindikasikan bahwa hal ini bisa digunakan sebagai taktik untuk bernegosiasi.

Kendati demikian, banyak analis yang cemas, perundingan akan sulit mencapai kata sepakat dan dapat berujung pada konsekuensi yang lebih serius.

"Ini merupakan langkah signifikan dalam ketegangan perdagangan antara AS dan China. Titik terbesar yang menjadi perhatian adalah bagaimana respon China terhadap hal ini dan adanya potensi kian meruncingnya perang dagang ke depan," jelas Paul Eitelman, senior investment strategist Russell Investments kepada Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×