kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bukan cuma dengan dollar AS, performa rupiah di hadapan mata uang lain juga meredup


Jumat, 11 Mei 2018 / 20:34 WIB
Bukan cuma dengan dollar AS, performa rupiah di hadapan mata uang lain juga meredup
ILUSTRASI. Rupiah


Reporter: Grace Olivia | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) membuat pelaku pasar khawatir. Mata uang Garuda bahkan telah menyentuh level di atas Rp 14.000 per dollar AS. Jika dihitung sejak akhir tahun lalu hingga hari ini, Jumat (11/5), rupiah telah melemah 2,99%.

Pelemahan nilai tukar rupiah rupanya bukan hanya terjadi terhadap dollar AS. Sepanjang tahun ini, nilai tukar rupiah juga masih melemah terhadap sejumlah mata uang asing lainnya. Ambil contoh, terhadap mata uang euro, rupiah mencatat pelemahan 2,55% secara year-to-date (ytd).

Terhadap mata uang tetangga, dollar Singapura, rupiah juga melemah hingga 3,05% ytd. Rupiah semakin tak berdaya saat berhadapan dengan mata uang yen, di mana pasangan JPY/IDR melemah 6,10% sepanjang tahun ini.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail berpendapat, salah satu pemicu utama pelemahan rupiah terhadap sejumlah mata uang utama asing ialah transaksi berjalan yang masih defisit. "Sementara, negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand, mencatat surplus pada transaksi berjalannya," ujar Mikail, Jumat (11/5).

Adapun, hari ini, Bank Indonesia merilis defisit transaksi berjalan kuartal-I 2018 sebesar US$ 5,5 miliar atau 2,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini lebih rendah dari kuartal sebelumnya dengan defisit sebesar US$ 6 miliar atau 2,3% dari PDB.

Sementara, analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri, menilai, pelemahan rupiah terhadap mata uang asing lain sangat bergantung pada posisi terhadap dollar AS yang belakangan memburuk. Secara fundamental, perekonomian AS masih diselimuti sentimen positif lantaran tingkat inflasi secara tahunan masih sesuai ekspektasi di level 2,5%. Tingkat pengangguran AS pada April lalu juga turun menjadi 3,9% setelah enam bulan berturut-turut di level 4,1%.

"Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama hanya 5,06%, lebih rendah dari ekspektasi pasar 5,2%. Cadangan devisa bulan lalu juga makin berkurang menjadi US$ 124 miliar, salah satunya karena digunakan untuk menahan pelemahan rupiah," papar Reny, Jumat (11/5).

Analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto, menambahkan, rupiah kian terpuruk akibat dominasi investor asing pada pasar keuangan dalam negeri. Dana asing yang keluar dari pasar Indonesia ke pasar AS sepanjang tahun ini memberi tekanan besar pada performa rupiah.

Selain itu, Andri melihat, saat ini pelaku pasar juga tengah dilanda kekhawatiran terhadap disiplin fiskal Indonesia. "Pembangungan infrastruktur yang giat menambah rasio utang. Memang rasio terhadap PDB saat ini masih di bawah 30%, tapi terus meningkat dan membuat pasar waspada," tutur Andri, Jumat (11/5).

Reny mengamini, kondisi pelemahan rupiah sangat dipengaruhi oleh appetite investor yang menurutnya sulit dikendalikan. Apalagi, pasar saham maupun obligasi Indonesia masih lebih banyak dikuasai asing. Namun, ia menilai, bukan tak mungkin posisi rupiah bisa berbalik menguat terhadap mata uang asing.

"Sebab itu, saat ini penting bagi Bank Indonesia untuk memberi trigger pada investor agar mau masuk kembali. Salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×