kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bond holder tolak rencana spin off beras AISA


Kamis, 07 Desember 2017 / 16:26 WIB
Bond holder tolak rencana spin off beras AISA


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemegang obligasi (bond holder) PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) menolak rencana pemisahan (spin off) unit bisnis beras perusahaan, PT Dunia Pangan. Alhasil AISA harus mencari cara lain untuk membayar utang obligasi yang bakal jatuh tempo pada April 2018 mendatang.

Sjambiri Lioe, Direktur Keuangan AISA mengatakan, hal tersebut merupakan hasil keputusan dalam rapat umum pemegang obligasi (RUPO) kemarin, Rabu (6/10). "Iya betul, menolak," ujar Sjambiri kepada KONTAN, Kamis (7/12).

Obligasi dan sukuk ijarah AISA memang dijamin dengan aset tetap anak usaha Dunia Pangan, seperti PT Jatisari Srirejeki dan PT Sukses Abadi Karya Inti. "Jadi karena objek jaminan ini akan dijual, kami menawarkan agar jaminannya diganti dengan uang. Tapi, mereka menolak," imbuhnya.

Sjambiri menyayangkan keputusan para bond holder. Pasalnya, penolakan ini bisa berdampak pada neraca keuangan AISA. Tanpa spin off, AISA harus menjual Dunia Pangan secara langsung ke investor. Padahal tadinya, AISA berharap bisa langsung memperbaiki neraca keuangannya.

Tadinya, dengan melakukan spin off dahulu, maka utang yang menempel di Dunia Pangan akan hilang dari laporan konsolidasi AISA, sehingga angka kerugian bisa ditekan. Dengan neraca yang lebih baik, AISA juga berharap bisa lebih mudah mencari pendanaan. "Tapi, sekarang, dengan bisnis beras yang tetap masuk di laporan keuangan, kami menjadi sulit melakukan itu," kata dia.

Untuk membayar utang pokok obligasi yang bakal jatuh tempo, AISA harus mencari cara lain, salah satunya dengan mencari pinjaman bank yang setara dengan jumlah pokok obligasi. "Ya kami akan tetap usahakan," ujar Sjambiri.

Dengan spin off divisi beras, Sjambiri mengatakan debt to equity ratio (DER) sejatinya bisa ditekan dari 1 kali menjadi 0,6 kali. Sehingga ia juga mengkhawatirkan, keputusan RUPO bisa berimbas pada rating utang perusahaan. "Sudah tidak ada kesempatan RUPO lagi. Ini keputusan terakhirnya," tandasnya.

Narita Indrastiti

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×