kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis properti komersial Sinarmas lesu


Kamis, 01 Maret 2018 / 08:31 WIB
Bisnis properti komersial Sinarmas lesu
ILUSTRASI. Properti PT Duta Pertiwi Tbk DUTI dari Sinarmas Land


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis properti komersial Grup Sinarmas mulai meredup. Hal ini terlihat dari kinerja PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI), perusahaan Sinarmas yang banyak menggarap properti komersial.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis Rabu (28/2), pendapatan DUTI tahun lalu turun 13% menjadi Rp 1,72 triliun dari sebelumnya Rp 1,99 triliun. Sedang laba kotornya menyusut 9% menjadi Rp 1,36 triliun.

Sejatinya, emiten pengembang pusat perbelanjaan ITC ini sukses menekan beban usaha 2% jadi Rp 729,96 miliar.Tetapi lantaran pendapatan  merosot, laba bersih DUTI tetap turun sebesar 24% menjadi Rp 535,31 miliar.

Kinerja tersebut berbanding terbalik dengan kinerja bisnis properti perumahan. Tahun lalu, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), emiten pengelola properti residensial Sinarmas, sukses mencetak kenaikan pendapatan 57% menjadi Rp 10,35 triliun dari sebelumnya Rp 6,6 triliun. Sementara, laba bersih mencapai Rp 4,92 triliun, melesat 173% dari sebelumnya Rp 1,79 triliun.

Jika kinerja kedua emiten dikombinasikan, rata-rata pertumbuhan pendapatan bisnis properti Grup Sinarmas hanya 22%. Sedang rata-rata pertumbuhan laba bersih keduanya sebesar 74,5%. Ini belum memasukkan kinerja dari bisnis kawasan industri.

Bisnis properti komersial memang tertekan tahun lalu, akibat persaingan yang ketat, terutama di pusat perbelanjaan. Pasokan pusat perbelanjaan saat ini melampaui permintaan alias oversupply. "Ketika oversupply, kekuatan pengembang untuk menetapkan harga jadi terbatas," ujar Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto pada KONTAN, Rabu (28/2).

Hal ini tercermin dari pendapatan sewa DUTI yang hanya naik sekitar 6% menjadi Rp 659,21 miliar, dari sebelumnya Rp 616,05 miliar. Tren serupa diperkirakan masih akan terjadi tahun ini. "Terutama di Jakarta yang properti komersialnya sudah cukup jenuh," imbuh David.

Landbank luas

David justru bullish dengan BSDE. Konsep kawasan mixed used, seperti di proyek BSD City, menjadi salah satu nilai lebih perusahaan ini.

Nilai lebih itu masih dilengkapi dengan cadangan lahan atau landbank BSDE yang cukup luas, yakni sekitar 2.500–2.600 hektare (ha).

Kombinasi keduanya membuka peluang BSDE menjual properti lebih besar. "Kuncinya di landbank. Ketika peluang muncul, BSDE bisa langsung berjualan karena punya landbank yang besar," jelas David.

Landbank BSDE kemungkinan masih akan bertambah. Sebab, emiten properti ini menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 4 triliun di 2018. Dari jumlah itu, sebesar Rp 1 triliun akan digunakan untuk akuisisi lahan.

BSDE tahun ini menargetkan pendapatan pra penjualan Rp 7,2 triliun, sama seperti target tahun lalu. "BSDE tahun ini konservatif," ujar analis UOB Kay Hian Edward Lowis dalam riset 27 September.

Sentimen tersebut membuat Edward memilih merekomendasikan hold saham BSDE. Adapun target harga yang ditentukan Rp 1.900 per saham. "Entry level pada harga Rp 1.710 per saham," tambah Edward.

Berbeda dengan Edward, David merekomendasikan buy saham BSDE karena prospek fundamentalnya yang masih menarik. Target harga darinya Rp 2.200 per saham.

Hingga penutupan perdagangan kemarin, Rabu (28/2), saham BSDE lompat 145 poin atau setara sekitar 8,10% ke level Rp 1.935 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×