kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis Dianjaya Steel tertekan harga baja


Rabu, 03 Januari 2018 / 18:29 WIB
Bisnis Dianjaya Steel tertekan harga baja


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga komoditas baja menyebabkan bisnis hilir dilanda ketidakpastian. Pasokan baja yang bekurang akibat penurunan produksi dari produsen utama baja yakni China, membuat harga bahan baku baja merangkak naik sampai saat ini. Tentu hal itu membuat biaya operasional membengkak. 

Direktur Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) mengatakan, baja adalah komoditas internasional maka harga baja internasional sangat berpengaruh terhadap industri domestik. Apalagi, di 2018 ini masih ada tren kenaikan harga yang sama seperti 2017.

Jika dibandingkan pada akhir 2017, saat ini Hadi memperkirakan kenaikan harga baja mencapai 2%-3%. Melihat hal ini, GDST belum berani memprediksi pertumbuhan bisnis sektor baja di Indonesia saat ini. "Target konservatif. Harapannya 2018 sama dengan realisasi 2017," ujarnya, Rabu (3/1).

Namun Hadi masih belum bisa memberi rinciannya realisasi 2017. Sebelumnya perseroan ini sempat menargetkan pertumbuhan bisnis sebesar 5% di 2017 dibanding tahun sebelumnya.

Adapun faktor pendorong industri baja di tahun 2018 ini diperkirakan masih sama seperti tahun 2017 lalu yakni sektor infrastruktur.

Menilik laporan keuangan kuartal III-2017, GDST mencatat pertumbuhan pendapatan hingga 75% dari Rp 529 miliar di triwulan-III 2016 menjadi Rp 928 miliar di periode yang sama tahun 2017.

Namun beban pokok penjualan juga terkatrol naik 87% menjadi Rp 836 miliar, porsi terbesar berasal dari pembelian bahan baku sebesar 95% alias Rp 795 miliar. Jumlah tersebut naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 363 miliar.

Di kuartal III-2017, laba bersih GDST anjlok 89%, dari Rp 29 miliar di periode yang sama tahun 2016 menjadi Rp 3 miliar. Meski laba kotor perseroan ini naik 12% menjadi Rp 92 miliar, namun beban penjualan turut naik 40% menjadi Rp 21 miliar.

Adapun pasar plat baja lokal masih mendominasi bisnis GDST sebesar 92% di triwulan III-2017 sebesar Rp 859 miliar. Jumlahnya tumbuh 88% dibandingkan periode yang sama tahun 2016 yang sebesar Rp 456 miliar. Satu-satunya yang turun ialah penjualan pelat ekspor 29%, dari Rp 34 miliar menjadi Rp 24 miliar.

Tahun 2017 lalu GDST menganggarkan dana belanja modal sebesar US$ 50 juta hingga US$ 60 juta. GDST menggunakan belanja modal ini untuk melanjutkan lini produksi kedua dengan nilai investasi sebesar US$ 100 juta.

Lini produksi kedua tersebut direncanakan rampung di akhir 2018 dan akan menambahkan kapasitas produksi sebanyak 1 juta ton per tahun. Sehingga total kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan ketika proyek tersebut rampung nantinya mencapai 1,4 juta ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×