kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bergabung dalam holding, PGN berpotensi menambah target pasar


Selasa, 13 Maret 2018 / 21:18 WIB
Bergabung dalam holding, PGN berpotensi menambah target pasar
ILUSTRASI. PGN


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) alias PGN cenderung meroket sejak rencana holding migas menuai kesepakatan. Yang teranyar, PGAS mengalihkan 13,8 miliar saham seri B ke Pertamina. Dengan begitu, Pertamina memegang saham PGAS sebesar 56,98%. Sedangkan, publik memiliki 43,04%.

Berdasarkan RTI, harga saham PGAS secara year to date (ytd) naik 38,29%. Per Selasa (13/3) harga saham PGAS turun 3,97%  ke level Rp 2.420 per saham.

William Surya Wijaya, Vice President Research Department Indosurya Bersinar Sekuritas mengatakan, terlalu dini untuk memperhitungkan keuntungan yang bisa investor dapatkan dari PGAS setelah bergabung ke holding migas. Namun, menurutnya,  bergabungnya PGAS ke Pertamina merupakan win win solution bagi kedua belah pihak.

"Masih banyak langkah kerja sama yang dilakukan PGAS dengan Pertamina setelah PGAS menyetujui untuk meger," kata William, Selasa (13/3).

Senada, Reza Priyambada, analis Binaartha Parama Sekuritas mengatakan, hingga saat ini belum ada keputusan dari Pertamina mengenai arah bisnis dan strategi PGAS. "Saat ini investor masih wait and see mengenai arah bisnis PGAS dari Pertamina, apakah akan ada strategi dan target baru atau PGAS hanya akan berjalan apa adanya," kata Reza, Selasa (12/3).

Namun, menurutnya, PGAS berpotensi menambah jalur distribusi gas setelah masuk ke holding migas. "PGAS bisa manfaatkan jalur distribusi Pertagas," kata Reza.

Selain itu, PGAS juga berpotensi menambah target pasar baru untuk menjual gas kepada mitra bisnis Pertamina dengan tawaran gas sebagai energi alternatif baru. "Hal ini bisa jadi salah satu upaya meningkatkan valuasi dari PGAS, kalau diasumsikan Pertmina telah menyusun strategi untuk PGAS," papar Reza.

Ke depan, konsekuensi yang mungkin dialami PGAS setelah bergabung dengan Pertamina adalah meminta persetujuan induk usaha ketika ingin melakukan aksi korporasi. Dahulu sebagai perusahaan BUMN, PGAS memiliki kewajiban untuk meminta izin aksi korporasi pada Dewan Perwakilan Rakyat. "Mau tidak mau sekarang harus dapat persetujuan dari holding, kalau tidak dapat persetujuan ekspansi bisa terhambat," kata Reza.

Tahun lalu, PGAS masih mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 53% year on year (yoy) menjadi US$ 143 juta. Laba bersih PGAS memang cenderung tertekan dalam beberapa tahun belakangan. Reza mengatakan penyebab laba bersih masih tertekan  karena harga gas banyak diintervensi pemerintah, sehingga PGAS tidak bisa menetapkan harga.

Ia memperkirakan kinerja PGAS di tahun ini bisa meningkat setelah bergabung dengan Pertamina dan memperluas distribusi pasar. "PGAS juga ada berbagai anak usaha lagi di bawahnya yang bekerja di bagian pertambangan, service gas dan logistik, paling tidak kita harapkan ke depan PGAS bisa optimalkan anak usahanya tersebut sehingga pendapatannya jadi tidak terbatas dan laba meningkat," imbuh Reza.

Persaingan berkurang

Sementara, Nyoman W. Prabawa analis BCA Sekuritas memperkirakan kinerja PGAS bisa lebih baik dengan kegiatan distribusi gas yang datang dari PLN dan operasi jaringan Duri dan Dumai. Tak ketinggalan kontribusi dari segmen hulu atau produksi minyak yang lebih tinggi. Sinergi PGAS dengan Pertagas juga mengikis persaingan.

"Meski pemerintah belum mengungkapkan skema kerja sama PGAS dengan Pertagas, kami berpandangan bahwa konsolidasi yang dilakukan akan memperkuat segmen hilir PGAS," kata Nyoman, dalam riset 12 Maret 2018.

Reza menambahkan, selama ini PGAS mengalami tekanan beban operasional. Setelah bergabung dengan holding BUMN, diharapkan Pertamina tidak memanfaatkan PGAS untuk mencatatkan beban operasionalnya pada kinerja PGAS.

Reza memproyeksikan pendapatan PGAS pada tahun ini meningkat secara konservatif yaitu sekitar 5%. Semenatara laba bersih berpotensi meningkat 10%. Ia merekomendasikan buy saham PGAS dengan target harga Rp 2.800 per saham. "Jika sudah ada kejelasan dari Pertamina mengenai arah bisnis, maka saham ini menarik dan bisa berkembang. Pertamina akan beri nilai tambah buat PGAS dan berimbas pada meningkatnya harga saham," ujarnya.

Sementara, William merekomendasikan buy saham PGAS dengan target harga Rp 3.400 per saham. Senada, Nyoman merekomendasikan buy dengan target harga Rp 2.750 per saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×