kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Belanja emiten belum maksimal


Selasa, 10 Oktober 2017 / 07:23 WIB
Belanja emiten belum maksimal


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten jumbo di Bursa Efek Indonesia masih rendah menyerap belanja modal (capex) hingga semester I 2017. Sebut saja, Astra International (ASII), Unilever Indonesia (UNVR), dan United Tractors (UNTR). Rata-rata realisasi capex emiten itu masih di bawah 50% dari target tahun ini.

Belum lama ini, Head of Investor Relations ASII Tira Ardianti menyebutkan, hingga Juni lalu, ASII telah menggelontor capex Rp 8 triliun. Jumlah itu setara 38% dari anggaran capex sepanjang 2017 mencapai Rp 21 triliun.

Tak jauh berbeda, UNTR, anak usaha ASII, sampai akhir Juni baru memakai US$ 224 juta. Angka ini hanya 40% dari target belanja modal tahun ini yang senilai US$ 560 juta. "Kami menggunakan sebagian besar capex untuk penggantian alat berat di kontraktor penambangan," kata Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR, Senin (9/10).

Sementara emiten konsumer seperti UNVR sedikit lebih baik, sudah memakai 48,35% capex per Juni. "Sebagian besar untuk menambah kapasitas," kata Sancoyo Antarikso, Direktur UNVR.

Di semester I 2017, UNVR telah menggunakan Rp 880 miliar dari total capex. Di awal tahun ini, mereka menganggarkan capex € 115 juta atau Rp 1,82 triliun (kurs 
Rp 15.842.67 per euro).

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menilai, di medio pertama tahun ini, emiten besar memang tak agresif menyerap belanja modal. Itu cukup masuk akal, mengingat kondisi ekonomi nasional masih melambat. "Minat beli masyarakat relatif turun. Sementara 50% kontribusi pertumbuhan ekonomi kita ditopang oleh konsumsi masyarakat," tutur Alfred.

Ini yang membuat emiten memandang tahun 2017 bukanlah momentum tepat untuk ekspansi. "Apalagi, emiten besar tidak banyak menggunakan capex untuk peningkatan kapasitas, lebih banyak pemeliharaan. Itu tidak cukup agresif," tambah Alfred.

Namun, melihat optimisme pemerintah akan pertumbuhan ekonomi di tahun depan, Alfred melihat, emiten juga berupaya mendorong peningkatan belanja modal 2018.

Lihat saja, Chandra Asri Petrochemical (TPIA). Tahun depan, emiten petrokimia itu mengalokasikan belanja modal US$ 240 juta, naik 60% dibanding target capex tahun ini senilai US$ 150 juta.

Tahun 2018, Alfred juga melihat ASII masih punya potensi besar untuk mencatatkan pertumbuhan. Ini tecermin dari performa anak usaha mereka terutama di sektor infrastruktur. Selain itu, terlihat pula pemulihan dari sektor alat berat. "Saya melihat peluang diversifikasi yang cukup bagus khususnya di infrastruktur jalan tol. Dan ternyata, infrastruktur memang masih cukup bagus untuk disinergikan dengan bisnis inti mereka (ASII)," ujar Alfred.

Tahun ini, ASII memang akan menggunakan sebagian dari sisa capex untuk konstruksi jalan tol dan properti. Selain itu, PT Pamapersada Nusantara, anak usaha UNTR, akan mendapat alokasi capex untuk membeli alat berat. Alfred merekomendasikan buy saham ASII, dengan target Rp 9.890 per saham.

Tahun depan, Alfred mengingatkan, investor perlu berhati-hati mencermati sektor konsumsi, termasuk emiten produsen rokok. Soalnya, emiten rokok secara psikologis banyak terbebani dengan regulasi dari pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×