Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kendati sedikit mengalami perbaikan, saham-saham di sektor komoditas dan energi masih dianggap rentan koreksi. Pasalnya, kenaikan yang terjadi pada saham-saham komoditas tidak didukung dengan kinerja emiten yang membaik.
Teguh Hidayat, Direktur Averre Investama mengatakan, saham sektor komoditas dan energi harus dihindari di semester II tahun ini. Pasalnya, pembentukan harga saham tersebut bukan berasal dari kinerja emiten yang baik melainkan dibentuk oleh sentimen-sentimen yang bisa cepat berubah. Peningkatan didominasi oleh isu mengenai kenaikan harga minyak global yang juga turut mengerek harga saham komoditas.
Kondisi serupa pernah terjadi pada saham-saham perkapalan ketika Presiden Jokowi mengenalkan konsep tol laut.
"Saham energi dan komoditas ini kinerjanya jelek tapi sahamnya naik. Saya ingat saham-saham perkapalan naik semua karena Presiden Jokowi mau bikin tol laut, tetapi begitu isu tol laut itu hilang ya saham-saham mereka turun lagi," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (28/7).
Menurutnya, bagi investor yang telah menaruh investasi di saham-saham komoditas dan energi harus sedikit berhati-hati dan cermat membaca arah pasar. Sebab secara industri, khusus energi dan batubara itu masih belum pulih dalam waktu dekat, apalagi kinerja di semester I juga belum ada indikasi perbaikan.
"Beberapa emiten seperti PGAS tetiba naik kencang, alasannya bukan karena fundamental tetapi cerita merger dan BUMN holding, itu kan cerita yang akan hilang jadi investor harus hati-hati," saran Teguh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Terkait
Saham tambang topang indeks LQ45
