kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asing merangsek lagi ke pasar SUN


Kamis, 20 Juli 2017 / 09:50 WIB
 Asing merangsek lagi ke pasar SUN


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) sempat tergerus di awal semester dua ini. Puncaknya, dana asing keluar pada Rabu (12/7) hingga nilainya terpangkas jadi Rp 756,24 triliun. Namun, aksi net sell asing tidak berlangsung lama. Kini asing kembali memburu obligasi domestik.

Sejak Kamis (13/7), asing mencatatkan aksi beli di SBN. Nilai pembelian pun terus mencatatkan kenaikan. Hingga Senin (17/7), dana asing sebesar Rp 6,71 triliun masuk ke obligasi pemerintah, sehingga total dana asing di SBN mencapai Rp 762,95 triliun.

Ariawan, Analis Obligasi BNI Sekuritas, mengatakan, di awal Juli, investor asing memang kompak melakukan net sell. Mereka melakukan profit taking di saat yield SBN bertenor 10 tahun turun signifikan menyentuh level 6,83%.

Ini membuat spread yield surat utang negara (SUN) dengan US Treasury tipis. "Jadi ketika yield SUN turun harga juga sudah naik, asing taking profit dulu dengan keluar dari obligasi pemerintah," kata Ariawan, kemarin.

Asing kemudian kembali membeli karena yield SUN tenor 10 tahun naik jadi 7,1%-7,2%. Level ini membuat yield SUN kembali menarik bagi investor asing. Apalagi yield negara lain seperti Filipina, Thailand, dan Turki tidak ada yang menyamai atau melebihi yield SUN.

Dari sisi fundamental, ekonomi dalam negeri juga masih positif, sehingga asing kembali masuk ke pasar SUN. Maka Ariawan menyimpulkan kembalinya asing ke pasar obligasi pemerintah karena tingkat imbal hasil yang menarik dan prospek ekonomi Indonesia yang masih cukup bagus.

Anil Kumar, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia mengatakan, keluarnya asing secara besar-besaran di awal Juli hanya bersifat teknikal, bukan fundamental. "Saat itu asing cenderung berspekulasi jelang Amerika Serikat menaikkan suku bunga," kata Anil. Namun, spekulasi keliru dan asing kembali ke Indonesia.

Asing kembali ke SUN karena tertarik dengan imbal hasil yang tinggi, di tengah inflasi yang cenderung turun. Fundamental dalam negeri yang kuat ditunjukkan dari stabilnya cadangan devisa dan nilai tukar rupiah. Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga hanya melebar hingga mencapai 3%.

Anil masih yakin asing terus masuk ke SBN hingga akhir tahun, ditopang harga batubara yang terus naik serta nilai tukar rupiah yang menguat. Ariawan juga memprediksi tren obligasi pemerintah akan tetap positif dan yield berada di level rendah.

Apalagi The Fed kemungkinan tidak akan terlalu agresif menaikkan suku bunga acuan. Hingga akhir tahun Ariawan memperkirakan, yield SUN tenor 10 tahun berada di sekitar 7,2%-7,3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×