Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Mengawali pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melaju mengikuti pasar saham global, Senin (24/10). Mengacu data RTI, indeks ditutup naik 0,22% atau 11,755 poin ke level 5.420,i998.
Ada 187 saham bergerak naik, 110 saham bergerak turun, 104 saham stagnan. Volume perdagangan awal pekan mencapai 11,88 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 9,99 triliun.
Tujuh indeks sektoral menopang penguatan IHSG. Sektor agrikultur naik 1,84%, pertambangan naik 1,21%, dan industri dasar naik 1,03%. Sementara, sektor yang memerah yakni barang konsumsi turun 0,57%, aneka industri turun 0,55%, dan manufaktur turun 0,28%.
Membanjirnya arus dana asing turut mendorong laju IHSG di zona positif. Di pasar reguler, net buy asing Rp 134,275 miliar dan Rp 1,110 triliun keseluruhan perdagangan.
Saham-saham yang masuk top gainers LQ45 antara lain; PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) naik 5,33% ke Rp 2.570, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik 4,97% ke Rp 15.325, dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) naik 4,21% ke Rp 6.800.
Saham-saham yang masuk top losers LQ45 antara lain; PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) turun 3,50% ke Rp 10.325, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) turun 2,16% ke Rp 4.080, dan PT PP (Persero) Tbk (PTPP) turun 2,09% ke Rp 4.210.
Musim laporan laba
Sementara itu, bursa saham Asia juga melaju seiring saham Shanghai yang reli ke level tertinggi sembilan bulan dan para investor bersiap pekan yang sibuk menanti rilis laporan laba perusahaan di Jepang, China, dan AS.
Mengacu Bloomberg, indeks MSCI Asia Pacific naik 0,4 % ke level 140,27 pada pukul 16:10 sore waktu Hong Kong, ditetapkan untuk dua pekan tertinggi. Indeks acuan menutup pekan terbaik dalam sebulan terakhir pada minggu lalu karena data menunjukkan pertumbuhan ekonomi China stabil sementara investor mengkaji prospek biaya pinjaman AS yang lebih tinggi.
Lebih dari 350 perusahaan pada Indeks Topix Jepang akan memberikan update kuartalan pekan ini. Di Hong Kong, laporan termasuk dari Industrial & Commercial Bank of China Ltd pada akhir minggu ini.
Indeks Asia telah gagal menembus di atas level tertinggi yang terakhir pada 22 September lalu karena ketidakpastian termasuk pemilihan presiden AS pada 8 November nanti dan lintasan untuk stimulus dari Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa (ECB) membebani pikiran investor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
