kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asia Pacific Fibers perkuat nilai tambah produk


Sabtu, 02 Desember 2017 / 17:00 WIB
Asia Pacific Fibers perkuat nilai tambah produk


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) memperkuat nilai tambah produknya. Bukan hanya pada produk jadi berupa pakaian, emiten tekstil ini juga meningkatkan nilai tambah benang atau memperkuat bisnis hulunya.

POLY telah meneken perjanjian kerjasama dengan Pusat Teknologi Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk mengembangkan serat anti-api alias flame retardant.

Sejatinya POLY sudah memiliki produk spesialis anti-api sejak 2014. Tapi emiten ini berencana mengembangkan potensi pasar tersebut. Pasalnya, lini benang merupakan bagian dari technical textile yang memiliki potensi permintaan nya besar, baik dari pasar global maupun domestik.

Corporate Communication Asia Pacific Fibers Prama Yudha Amdan menjelaskan, terdapat pangsa pasar yang cukup besar untuk diisi oleh produk selimut tahan api dan benang tahan api, terutama untuk industri otomotif dan penerbangan. Apa lagi, Indonesia belum memiliki standar nasional produk anti-api. Untuk itu POLY ingin mengisi celah pasar yang kosong itu dengan menggandeng BPPT menciptakan produk yang sesuai serta meningkatkan potensi domestik.

Berdasarkan estimasi Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia (APSYFI), Indonesia masih mengimpor tekstil teknikal dengan nilai US$ 1,12 miliar. Impor dilakukan lantaran produsen dalam negeri belum bisa memenuhi permintaan industri. Peluang inilah yang dilihat POLY.

"Kami punya flame retardant dalam bentuk benang dan kain. Jika yang diproduksi umum cuma celup dalam arti kain jadi dan dilapisi kandungan anti-api, jadi cuma sebatas lapisan. Sedangkan kami buat polimerisasinya sudah tahan api," ujar Prama, Rabu (29/11).

Untuk serat anti-api, kapasitas produksinya berkisar 3%–5% dari total kapasitas produksi POLY yang mencapai 330.000 ton per tahun. POLY memiliki sejumlah produk benang untuk tekstil teknikal yang spesifik untuk keperluan sektor kesehatan dan black fiber yang khusus untuk keperluan otomotif.

Rencana ini juga mengacu proyeksi POLY, bahwa pada 2025 ada potensi perubahan pada industri tekstil, di mana permintaan tekstil teknikal menanjak hingga 47%.

Untuk saat ini POLY masih bekerjasama di bidang riset dengan BPPT dan belum mematok target maupun estimasi penambahan produksinya.

POLY masih terhambat isu restrukturisasi utang yang membebani kinerja keuangannya sejak dua tahun lalu. Per November 2015, Kementerian Keuangan telah menahan status emiten menjadi non-bankable alias tak bisa mendapatkan pinjaman keuangan dari perbankan.

Prama menyatakan, manajemen telah berulangkali mengajukan proposal untuk mengurai masalah tersebut, namun masalah masih buntu lantaran belum ada balasan dari pihak pemerintah. "Belum ada keputusan dan belum ada penolakan, kami sudah ajukan proposal perdamaian dua kali dan belum ada respons," jelas Prama.




TERBARU

[X]
×