kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Why not taking profit di sektor batubara


Minggu, 06 Agustus 2017 / 22:35 WIB
Analis: Why not taking profit di sektor batubara


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Tren kenaikan harga memicu lonjakan penjualan emiten batubara. Meski Raphon Reseacrh Analyst NH Korindo Sekuritas mengatakan pada Jumat (4/8) produksi perusahaan batubara di Indonesia sempat bermasalah pada akhir 2016 hingga awal 2017.

Contohnya, dalam riset milik Raphon pada 7 Juni 2017, produksi ITMG pada kuartal I 2017 menurun ke 5,4 juta ton.

Riset milik Andy Wibowo Gunawan Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia pada 18 July 2017 menunjukkan, seperti perusahaan produksi tambang lainnya produksi batubara ADRO pada kuartal I 2017 sempat turun menjadi 11,9 juta ton atau turun 10,9% QoQ.

Curah hujan tinggi saat itu menyebabkan volume penjualan batubara terkoreksi turun 11,8% QoQ menjadi 12,0 juta ton.

“Produksi batubara bermasalah, tapi lonjakan ASP (average selling price) memicu lonjakan penjualan,” kata Raphon.

Ekspektasi peningkatan produksi mulai kuartal II 2017 setidaknya akan menjaga pertumbuhan penjualan dari perusahaan batubara, meskipun harga batubara dunia mulai stabil di semester II 2017.

Raphon memproyeksikan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan batubara di Indonesia . Pertama, faktor kemampuan emiten tersebut melakukan produksi.

Kedua, kemampuan perusahaan melakukan efisiensi beban di tengah kenaikan beban jasa penambangan dari kontraktor penambangan. Ketiga, tren harga batubara dunia yang stabil.

Ke depan Raphon melihat juga terdapat sentimen negatif yang mungkin menggangu emiten di sektor batubara. Sentimen negatif yang dikhawatirkan mengenai keberlanjutan tren penguatan manufaktur di China.

Sejak awal tahun, banyak analis menanti dampak dari penguatan kebijakan moneter di China akan terefleksi di kondisi manufaktur. Raphon memperkirakan tren kenaikan harga bisa mulai terbatas apabila pertumbuhan aktifitas manufaktur di China mulai stabil.

Sementara Toufan Yamin, Analis Erdhika Elit Sekuritas melihat tren kenaikan harga batubara dalam jangka waktu pendek ini bisa dimanfaatkan.

"Mumpung demand sedang naik, ya why not untuk taking profit atau trading di sektor ini," kata Taufan.

Meski, secara jangka panjang dalam rentang 10-20 tahun Toufan lebih menyukai energi terbarukan seperti hydropower plant dan solar power plant.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×