kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,11   -0,53   -0.06%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Minat investor pada saham anak BUMN turun


Selasa, 28 November 2017 / 21:29 WIB
Analis: Minat investor pada saham anak BUMN turun


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebanyak enam anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga November 2017. Tiga diantaranya kini diperdagangkan di atas harga IPO. Tiga lainnya justru mengalami penurunan harga.

Penurunan harga saham terdalam dialami oleh PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP), yakni sebesar 18,77% sejak pertama kali mencatatkan saham perdana di 2016 lalu. Selanjutnya, ada saham PT GMF AeroAsia Tbk (GMFI) dan PT PP Presisi Tbk (PPRE) yang juga mencatat penurunan harga.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, minat investor belakangan turun terhadap saham anak usaha BUMN. Pola penurunan minat investor menurut Hans mulai terlihat dua tahun ke belakang. Salah satu penyebabnya adalah pola pergerakan saham emiten-emiten anak usaha BUMN ketika akan melangsungkan debut perdananya.

"Kita lihat anak-anak BUMN ini setiap kali IPO cenderung permintaanya kurang banyak sehingga mereka harus mengurangi jumlah yang ditawarkan. Kemudian seringkali harganya dikenakan di batas bawah," jelas Hans. Belum lagi, harga saham turun pasca pencatatan saham perdan, membuat investor sungkan untuk masuk.

Meski demikian, analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra menilai saham emiten anak usaha BUMN cukup atraktif. Secara umum, Aditya melihat bahwa emiten anak usaha BUMN sebenarnya tak jauh berbeda dari emiten anak usaha no-BUMN. Hanya saja, anak usaha BUMN menurutnya biasanya akan lebih aman.

"Akan tetap attractive karena dari value sinergi cukup menarik. Kontrak secure, pembagian dividen akan lebih terjamin," tambah Aditya. Walaupun ia tak menampik adanya sisi negatif, misalnya dari dari segi kemampuan untuk berkompetisi dalam industri.

Karena itu, Aditya menyarankan investor untuk memperhatikan kesesuaian harga saham dan fundamental emiten. Cermati pula sektor bisnisnya. "Pada saham AGRO misalnya, kenaikan saham kalau dilihat cukup premium, tidak sesuai dengan fundamental. Ini patut dipertanyakan," ujar Aditya.

Hans menambahkan, anak usaha BUMN melantai di bursa dan menggunakan dana IPO untuk keperluan bisnis. Karena itu, anak usaha BUMN menurutnya cenderung membutuhkan investor yang punya horizon waktu yang panjang, alih-alih mencari keuntungan dengan cepat.

Dari sederet saham anak usaha BUMN, Aditya menyebut WTON dan WSBP sebagai saham pilihan. Selain karena valuasi masih tergolong rendah, Adtya melihat kinerja dua emiten ini juga cukup bagus. Menurutnya investor bisa maintain buy untuk dua saham ini. Untuk WSBP, bisa masuk di level Rp 390 dan WTON masuk di harga Rp 570.

Sementara itu, Hans condong memilih WTON. Melihat valuasinya, Hans melihat saham WTON masih memiliki potensi untuk naik hingga level Rp 1.000 per saham. "PPRO juga menarik, hanya saja valuasinya sudah mahal," tutur Hans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×