kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Investor mulai merespon safe haven


Minggu, 13 Agustus 2017 / 22:19 WIB
Analis: Investor mulai merespon safe haven


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - Kepentingan politis negara lain, bisa mempengaruhi bursa global. Hal inilah yang diantisipasi dari ketegangan yang muncul antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara. Perang dingin kedua negara tersebut, direspon beragam oleh pelaku pasar.

Reza Priyambada analis Binaartha Parama Sekuritas menyatakan keterlibatan perang dingin dua negara tersebut bisa dirasakan global. Lantaran bila nantinya mulai menyeret sekutu kedua negara. "Pasar mulai khawatir, kalau terjadi perang bisa kemana-mana, Indonesia juga bisa kena," kata Reza saat ditemui KONTAN di sela-sela acara launching ikon Banteng Wulung, BEI, Minggu (13/8).

Bila memang ketegangan tersebut berlanjut, sikap investor mulai berubah. Dia melihat, hal ini dapat berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah. "Kalau terjadi kekhawatiran seperti ini, permintaan safe haven akan meningkat," ujarnya.

Di antara mata uang safe haven yang bisa dipilih investor seperti dollar AS, yen, dan swiss franc. Hal itu kemudian akan diikuti dengan melemahnya mata uang lain. "Karena asumsinya, tadi kalau terjadi perang orang cenderung mengamankan aset-aset tadi yang sifatnya cenderung safe haven," ujarnya.

Selain itu, harga komoditas tertentu akan naik. Diantaranya seperti emas karena lebih safe. "Meskipun belum ada data yang menyatakan peralihan dana secara besar, paling tidak dari pergerakan harga emas sudah kelihatan. Permintaan emas itu meningkat," tuturnya.

Meski demikian, peningkatan tersebut belum terlihat cukup besar. Pasalnya, pelaku pasar juga tengah menunggu kelanjutan konflik geopolitik kedua negara. "Bisa perang bisa tidak. Tapi sikap Korea Utara ini kan bisa tidak terduga," ujarnya.

Kedua negara memang masih akan bersikeras memegang prinsip masing-masing. Hal ini masih membuat pasar menimbang-nimbang prediksi ke depan. "Ini sampai kapan? akan tergantung dari kedua negara," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×