kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Cashflow emiten konstruksi masih aman


Selasa, 26 Desember 2017 / 19:17 WIB
Analis: Cashflow emiten konstruksi masih aman


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dari 14 emiten konstruksi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), hanya lima emiten punya arus kas operasional positif, sisanya beroperasi dengan arus kas negatif. Kendati demikian, analis optimistis arus kas emiten akan membaik tahun 2018 mendatang.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, arus kas emiten konstruksi masih terbilang aman. Lebih-lebih di tahun 2018 mendatang pembayaran proyek infrastruktur oleh pemerintah masih cukup baik. Adapun di tahun ini, kekhawatiran investor terhadap arus kas emiten yang masih minus muncul akibat realisasi penerimaan pajak pemerintah.

“Kemarin orang khawatir cashflow akan terganggu karena penerimaan pajak rendah. Tapi ternyata penerimaan pajak pemerintah itu 90%. Kemudian pengeluaran pemerintah mungkin tida akan beda jauh dari angka penerimaan. Dengan demikian tidak ada pemotongan anggaran,” jelas Hans, Kamis (21/12).

Lebih-lebih jelang tahun politik 2019, pemerintah menurut Hans akan menggenjot penyelesaian proyek-proyek yang berlangsung. Perhitungan ini tentunya berlaku bagi emiten konstruksi yang proyeknya kebanyakan didanai pemerintah, seperti konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Karena itu, Hans memang cenderung menjagokan emiten konstruksi BUMN. Menurut dia, setelah pembentukan holding BUMN nantinya, emiten konstruksi BUMN pun bisa saling berbagi kue dalam pengerjaan proyek. Namun, ia juga tak menampik bahwa emiten swasta juga posisi yang diuntungkan karena lebih leluasa dalam menggaet beberapa proyek.

Sementara itu, analis Indosurya Sekuritas William Surya Wijaya bilang, baik konstruksi swasta maupun BUMN punya tantangan tersendiri. BUMN biasanya punya kepastian dalam perolehan proyek, sedangkan swasta sangat bergantung kondisi lapangan. Yang jelas keduanya menurut William masih akan dihadapkan dengan daya beli masyarakat yang belum naik tinggi serta marketing sales properti yang masih melambat.

Adapun soal arus kas, William melihat hal tersebut tak lagi jadi pemberat bagi emiten konstruksi, terutama BUMN. Hal penting menyiasati cashflow menurut William adalah realisasi dari proyek-proyek yang telah diperoleh.

“Faktor risikonya, bagaimana mereka bisa merealisasikan proyek dengan cepat. Karena itu akan sangat berpengaruh pada kepercayaan investor, termasuk mereka yang memberikan pendanaan,” ujar William. Jika pendanaan dan pembayaran lancar, cashflow perusahaan pun bisa terjaga.

Kedepannya William melihat beberapa emiten konstruksi yang masih prospektif, yakni PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT PP TBk (PTPP), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL). Sementara itu, Hans lebih menjagokan emiten konstruksi BUMN dengan PTPP sebagai saham pilihan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×