kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AirAsia dan Garuda Indonesia masih perlu menekan beban


Senin, 16 Juli 2018 / 21:31 WIB
AirAsia dan Garuda Indonesia masih perlu menekan beban
ILUSTRASI. Pesawat Garuda Indonesia di Bandara Soekarno Hatta


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten-emiten maskapai penerbangan seperti PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) dan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) masih belum menunjukkan perbaikan secara signifikan.

Berdasarkan laporan kinerja AirAsia Group Berhad per 27 April 2018, CMPP mencatat peningkatan kapasitas sebesar 1% year-on-year (yoy) menjadi 1,39 juta pada kuartal I 2018. Namun jumlah keterisian penumpang malah turun 2% yoy sebesar 1,12 juta karena dampak dari aktivitas Gunung Agung di Bali.

Selain itu, harga bahan bakar pesawat meningkat 21% dibandingkan rata-rata kuartal I tahun lalu dan menyumbang sekitar 50% peningkatan beban usaha di kuartal I-2018.

Sedangkan soal kinerja GIAA, Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra juga mengatakan bahwa kinerja GIAA sejauh ini masih terkendala oleh masalah utang dan rute penerbangan yang kurang efisien. "Hal ini bisa dilihat dari market share GIAA selama kuartal I 2018 baik untuk rute domestik dan internasional turun masing-masing sebesar 2,9% dan 2,1%," kata Aditya, Senin (16/7).

Sementara itu, passenger yield untuk GIAA pada kuartal I 2018 naik 0,2%. "Sebaiknya hal ini dapat dipertahankan dan mampu ditingkatkan di atas 7% hingga akhir tahun ini," ungkapnya.

Aditya menambahkan bahwa permasalahan lain yang harus dipecahkan maskapai adalah soal bahan bakar yang porsinya 30% terhadap biaya operasional. "Kalau GIAA bisa mendapat subsidi di bahan bakar, maka biaya operasional bisa dipakai untuk membantu peningkatan operating margin di semester II nanti," ungkapnya.

Namun, Aditya menganggap kebijakan GIAA yang melakukan penutupan rute yang tidak efisien merupakan langkah positif. "Hal ini harus dipertahankan oleh manajemen, dan sebaiknya terus dievaluasi secara berkala," imbuhnya.

Terkait pergelaran event Asian Games, Aditya bilang bisa menjadi prospek yang positif untuk CMPP dan GIAA meski tidak terlalu signifikan. "Karena event Asian Games, tingkat frekuensi penerbangan ke Jakarta akan meningkat karena Jakarta dikenal sebagai rute yang cukup sibuk. Selain itu, ada perhatian dan rasa penasaran masyarakat dari luar kota untuk melihat perhelatan olahraga terbesar di Asia ini namun tidak terlalu signifikan," ungkapnya.

Aditya menargetkan harga saham CMPP hingga akhir tahun sebesar Rp 310 per saham. Sedangkan harga GIAA sebesar Rp 260 per saham.

Hari ini, harga saham CMPP naik 0,73% ke level Rp 276 per saham. Sedangkan harga saham GIAA malah turun 1,69% ke level Rp 232 per saham.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I tahun 2018, CMPP menderita rugi bersih Rp 218,66 miliar. Rugi ini hampir dua kali lipat dibandingkan dengan rugi periode yang sama tahun lalu Rp 111,96 miliar.

Kerugian tersebut berasal dari pendapatan usaha yang turun 4,55% menjadi Rp 843,83 miliar dan beban usaha bersih yang naik 11,02% menjadi Rp 1,12 triliun. Akibatnya, rugi usaha CMPP membengkak 123,8% menjadi Rp 273,14 miliar.

Garuda Indonesia mencatatkan kerugian bersih US$ 64,3 juta pada periode Januari—Maret 2018. Kerugian tersebut mengecil 36,5% dibandingkan capaian perseroan pada kuartal I-2017 yang sebesar US$ 101,2 juta.

Namun, pendapatan emiten maskapai pelat merah ini meningkat 7,9% pada kuartal I-2018 menjadi US$ 983 juta dibandingkan sebelumnya (yoy) yang sebesar US$ 910,8 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×