kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Adu kuat perang Suriah dan rating Moody's


Senin, 16 April 2018 / 11:23 WIB
Adu kuat perang Suriah dan rating Moody's
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri, Fauzan Zahid Abiduloh | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kombinasi kabar positif dan negatif membayangi pasar modal domestik. Awal pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa tertekan isu global, antara lain efek serangan udara Amerika Serikat dan sekutunya ke Suriah.

Di sisi lain, keputusan Moody's Investors Service menaikkan peringkat utang Indonesia ke level setingkat di atas investment grade bisa memompa kepercayaan diri investor lokal dan asing terhadap pasar saham Indonesia.

Pengamat pasar modal, Teguh Hidayat menilai, konflik di Timur Tengah tidak akan berefek signifikan bagi pasar saham Indonesia. Sebab, apa yang terjadi di Suriah belakangan ini merupakan bagian dari konflik di Timur Tengah yang berkepanjangan. "Sejak tahun 2011 hingga sekarang, konflik di Timur Tengah terus terjadi. Saya menilai tak ada pengaruh signifikan terhadap pasar modal, termasuk secara global," ungkap dia kepada KONTAN, Minggu (15/4).

Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menyatakan, pelaku pasar sudah mengantisipasi serangan AS ke Suriah. Toh, serangan udara itu sudah mereda. "Serangan militer ini adalah risiko konflik di Timur Tengah dan sudah dikalkulasikan oleh pelaku pasar," kata Nafan.

Di saat yang sama, peringkat Indonesia kembali dinaikkan oleh Moody's. Ini menjadi sentimen positif bagi pasar finansial Indonesia. "Efeknya bagus untuk jangka panjang," kata Teguh.

Maklum, dengan penilaian negara yang layak investasi, para pemodal asing akan melirik Indonesia. Saat ini, asing memang masih menjauhi pasar saham domestik. Sejak awal tahun hingga kemarin, asing sudah net sell lebih dari Rp 20 triliun di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teguh juga optimistis, kenaikan peringkat utang Indonesia dari Moody's akan diikuti oleh lembaga pemeringkat lain, seperti Fitch Ratings, bahkan termasuk Standard & Poor's (S&P).

Harga minyak

Selain sentimen kenaikan rating, pemerintah juga masih mampu mengantisipasi sentimen global dan menjaga ekonomi dalam negeri. Data ekonomi, seperti pertumbuhan PDB dan inflasi, masih sesuai harapan.

Nafan menyebutkan, sentimen kenaikan peringkat justru akan berlangsung dalam jangka menengah hingga panjang. Pada pekan ini, IHSG berada dalam tren positif.

Di sisi lain, investor bisa memanfaatkan ketegangan di Timur Tengah untuk mengakumulasi saham sektor komoditas. Tak bisa dipungkiri, peningkatan tensi geopolitik Timur Tengah bisa menyulut harga minyak mentah. Pejabat Arab Saudi, negara yang paling mempengaruhi kebijakan di OPEC, sempat mengharapkan harga minyak menembus US$ 80 per barel. Saat ini, harga minyak WTI di kisaran US$ 67,39 per barel. Adapun harga minyak brent di level US$ 72,58 per barel.

Sejumlah pelaku pasar optimistis, bursa saham Indonesia akan bergerak bullish. Teguh memprediksikan, hingga akhir tahun ini, IHSG berpeluang menguat ke level 6.500–7.000.

Vice President Research Department Indosurya Bersinar Sekuritas, William Surya Wijaya, memproyeksikan, IHSG berpotensi menyentuh 7.024 hingga akhir tahun nanti. Sebab, ada sejumlah faktor penggerak. "Seperti Asian Games, Lebaran, pilkada, serta pilpres," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×