kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,59   -6,76   -0.73%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

2015, sebagian emiten hotel bernasib buntung


Jumat, 04 September 2015 / 22:55 WIB
2015, sebagian emiten hotel bernasib buntung


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Tahun 2015 merupakan tahun penuh tantangan bagi industri perhotelan di Indonesia.

Perlambatan ekonomi, tekanan nilai kurs ditambah dengan larangan pejabat pemerintah menggelar rapat di hotel membayangi bisnis hotel.

Kendati demikan, kinerja emiten hotel paruh pertama tahun ini masih tercatat beragam.

Tiga dari antara enam emiten yang konsen di bisnis hotel menorehkan kinerja yang positif.

Sementara tiga lainnya terseok akibat penurunan pendapatan dan memebengkaknya rugi akibat selisih kurs.

Kinerja paling topcer diraih oleh PT Jakarta International Hotels & Development Tbk (JIHD).

JIHD bangkit dari kerugian dengan mencatat laba bersih sebesar Rp 20,55 miliar. Padahal, semester I tahun lalu emiten ini menderia rugi bersih senilai Rp 25,13 miliar.

Kendati mencatat untung, pendapatan usaha JHID melorot 3,2% secara year on year (yoy) menjadi Rp 665,02 miliar.

Kinerja JIHD tertopang dari pengelolaan keuangan sehingga mencatat laba selisih kurs sebesar Rp 11,9 miliar dari sebelumnya tercatat rugi sebesar Rp 57,7 miliar.

PT Saraswati Griya Lestari Tbk (HOTL) juga mampu bangkit dari kerugian sebesar Rp 9,66 miliar pada semsetr I 2014 dan mencatat laba bersih senilai Rp 9,11 miliar.

Ini seiring dengan naiknya pendapatan usaha perseroan 27% yoy menjadi Rp 65,7 miliar.

PT Indonesia Paradise Property Tbk (INPP) menorehkan pertumbuhan laba bersih 5% yoy menjadi Rp 8,14 miliar seiring dengan meningkatnya pendapatan perseroan 2,79% yoy menjadi Rp 251,14 miliar.

Sementara emiten yang mengalami perlambatan diantaranya PT Jakarta Setiabudi International Tbk (JSPT), PT Hotel sahid jaya Tbk (SHID), dan PT Mandarine Regency Tbk (HOME).

Laba bersih JSPT melorot 11,23% seiring dengan penurunan pendapatan sebesar 2%.

Sementara SHID merugi Rp 5,65 miliar, padahal semester I 2014 masih mencatat laba bersih Rp 11,35 miliar dan rugi bersih HOME meningkat 131% dari Rp 2,71 miliar paruh pertama tahun lalu menjadi Rp 6,27 miliar.

Hans Kwee, direktur Investa Saran Mandiri mengatakan tantangan industri perhotelan sepanjang semester I cukup berat. Larangan penjabat pemerintah menggelar rapat di hotel telah menekan pendapatan hotel.

"Larangan ini sangat memukul bisnis hotel karena selama ini pendapatan utama mereka berasal dari sewa untuk rapat," jelas Hans.

Perlambatan ekonomi dan pelemahan nilai tukar juga turun memukul kinerja perhotelan. Hans bilang, melambatnya ekonomi membuat daya beli masayarakat menurun sehingga tingkat okupansi hotel juga menipis.

Sementara tekanan nilai tukar membuat beban keuangan dan biaya bahan baku yang menggunakan dollar kian membengkak.

Menurut Hans, kemungkinan pertumbuhan yang masih dirasakan beberapa emiten lantaran menggunakan strategi mengelola keuangan serta memiliki hotel di daerah yang masih memiliki tingkat okupansi yang tinggi.

Dia mengatakan, Bali dan Bandung adalah dua kota dengan tingkat okupansi yang tinggi.

Selain itu, kata dia, emiten-emiten hotel yang besar juga masih cukup kuat mengalami perlambatan ekonomi di semeter I. Namun, ke depan emiten ini juga bisa terpukul jika ekonomi kian melambat dan nilai tukar terus terpuruk.

Hans melihat tantangan industri perhotelan hingga akhir tahun masih sangat berat. Prediksinya, kinerja emiten-emiten yang konsen di bisnis ini masih akan mengalami perlambatan karena nilai tukar memasuki semester II semakin melemah.

Saat ini Hans tidak merekomendasikan emiten hotel. Namun menurutnya, perlambatan emiten-emiten yang memiliki portofolio hotel di wilayah-wilayah yang memiliki tingkat okupansi tinggi akan terbatas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×